
Kita hidup di sebuah zaman yang unik sekaligus membingungkan. Di satu sisi, kita memiliki akses terhadap informasi yang tak terbatas; cukup dengan satu ketukan jari di layar ponsel, kita bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi lain. Namun, di sisi lain, paradoks terjadi: semakin banyak informasi yang kita terima, rasanya kita justru semakin kehilangan makna. Kita dibanjiri data, tapi kering akan hikmah. Kita tahu harga segala sesuatu, tapi sering kali tidak tahu nilai dari sesuatu itu.
Sosiolog modern menyebut era ini sebagai era disruption (gangguan/kekacauan) atau post-truth (pasca-kebenaran), di mana batas antara fakta dan opini, antara kebenaran dan kebohongan, menjadi sangat kabur. Di tengah samudra ketidakpastian inilah, fungsi Pandangan Alam Islam (The Worldview of Islam) menjadi sangat vital. Ia bukan sekadar teori filsafat yang tersimpan di perpustakaan atau sebatas diskusi di majelis-majelis para filsuf, melainkan alat navigasi hidup yang bekerja setiap detik dalam benak seorang Muslim.
Secara mendasar, pandangan alam ini memiliki tiga fungsi vital yang bekerja layaknya kompas, jangkar, dan saringan (filter) bagi jiwa kita.
1. Sebagai Kompas Integrator (Penyatu Makna)
Pendidikan dan kehidupan modern cenderung mencetak manusia yang terkotak-kotak (fragmented). Di sekolah, kita belajar biologi yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Di kantor, kita belajar ekonomi yang tidak ada hubungannya dengan moral. Di rumah, kita beribadah yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hidup terasa terpecah belah; seolah-olah kita memiliki kepribadian ganda.
Pandangan alam Islam berfungsi untuk menyatukan serpihan-serpihan ini menjadi satu kesatuan yang utuh (tauhidi). Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas (lahir 1931 M) menjelaskan bahwa fungsi utama pandangan alam adalah memberikan “makna”. Dalam definisi beliau, makna adalah “pengenalan tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam sistem“.
Dengan kompas ini, seorang Muslim bisa melihat benang merah yang menghubungkan segala hal. Ia melihat hujan bukan sekadar siklus air (sains), tapi juga rahmat Allah (teologi). Ia melihat pekerjaan bukan sekadar cari gaji (ekonomi), tapi juga amanah kekhalifahan (ibadah). Pandangan alam ini mengintegrasikan seluruh aspek kehidupan sehingga hidup tidak lagi terasa gersang dan terbelah, melainkan padu dan bermakna.
2. Sebagai Saringan (Filter) Pemikiran
Setiap hari, pikiran kita diserbu oleh ribuan ide, iklan, gaya hidup, dan pemikiran asing. Mulai dari ideologi feminisme, liberalisme, ateisme, hingga tren gaya hidup hedonis. Tanpa saringan yang kuat, pikiran kita ibarat “rumah tak berpintu”; siapa saja boleh masuk, mengacak-acak, dan membuang sampah di dalamnya. Akibatnya, kita menjadi Muslim yang berpikir secara liberal, atau Muslim yang bergaya hidup materialis tanpa sadar.
Pandangan alam Islam bertindak sebagai sistem kekebalan tubuh (immune system) intelektual. Ia menyeleksi setiap informasi yang masuk. Ketika ada ide baru datang (misalnya: “Semua agama sama”), sistem pandangan alam akan langsung memindainya: Apakah ini sesuai dengan konsep Tauhid? Apakah ini sesuai dengan Al-Qur’an? Jika tidak, maka ide itu akan ditolak atau dimuntahkan sebelum sempat meracuni hati.
Kemampuan menyaring ini sangat krusial karena Rasulullah SAW telah memperingatkan bahwa umat Islam di akhir zaman akan sangat mudah terbawa arus budaya lain jika tidak waspada. Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat al-Bukhari no. 7320: “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka masuk ke lubang biawak (dhabb) pun, niscaya kalian akan ikut memasukinya.”
Metafora “lubang biawak” ini sangat menarik. Lubang biawak itu sempit, gelap, berkelok, dan kotor. Secara akal sehat, tidak ada gunanya masuk ke sana. Namun, karena kehilangan kompas dan saringan, umat bisa saja ikut-ikutan masuk ke dalam keburukan peradaban lain hanya karena tren (“viral“) atau karena merasa inferior, tanpa berpikir panjang tentang bahayanya. Pandangan alam Islam mencegah kita menjadi “bebek” yang ikut masuk ke lubang tersebut.
3. Sebagai Jangkar Ketenangan (The Anchor of Tranquility)
Dunia modern dijuluki sebagai liquid modernity (modernitas cair) karena segala sesuatunya cepat berubah. Pekerjaan tidak tetap, nilai moral berubah, bahkan identitas gender pun diperdebatkan. Ketidakpastian ini melahirkan kecemasan massal (anxiety). Manusia modern banyak yang stres, depresi, dan kehilangan pegangan.
Di sinilah pandangan alam Islam berfungsi sebagai jangkar. Ia menancapkan kesadaran kita pada Al-Tsawabit (hal-hal yang tetap dan abadi), yaitu Allah SWT dan hukum-hukum-Nya. Ketika badai perubahan menerpa, seorang Muslim tidak ikut hanyut karena ia tahu ada hal-hal yang tidak akan pernah berubah. Ia tahu bahwa rezeki sudah dijamin, kematian adalah pintu pertemuan dengan Kekasih (Allah), dan ujian adalah cara Tuhan menaikkan derajat.
Pemahaman ini melahirkan ketenangan jiwa yang disebut sakinah atau tuma’ninah. Ini adalah fungsi psikologis tertinggi dari sebuah pandangan alam. Al-Attas mendefinisikan kebahagiaan (sa’adah) bukan sebagai kegembiraan sesaat, melainkan sebagai “kepastian akan kebenaran” (certainty of the truth). Orang yang yakin pada peta yang dipegangnya tidak akan panik di tengah hutan, meskipun malam gelap gulita. Sebaliknya, orang yang ragu pada petanya akan cemas luar biasa meskipun hari masih terang.
Maka, membangun pandangan alam Islam di zaman ini adalah upaya penyelamatan diri. Ia adalah software terpenting yang harus diinstal dalam pikiran kita dan anak-anak kita. Tanpa software ini, secanggih apapun hardware (otak dan fisik) yang kita miliki, hidup kita akan error, penuh bug kebingungan, dan rentan terkena virus pemikiran yang mematikan. Dengan pandangan alam yang benar, kita bisa menjadi manusia modern yang tetap teguh memegang prinsip, berkontribusi pada peradaban, namun hatinya tenang berzikir kepada Allah.
▫️ UWS Community: https://chat.whatsapp.com/Kgg2jHyTxsP5rkDg1KsqlI
▫️ Channel Wido Supraha: https://chat.whatsapp.com/I5EYNEUrJGiAoj7nv38Mjb
▫️ Diskusi Materi: https://chat.whatsapp.com/BDB76cPkRID7ZE3I2RGFns
▫️ Kelas Tadabbur: https://chat.whatsapp.com/KT7YRzgBXCA7SDQaYaWFpl
▫️ Tadabbur 6236 ayat: https://chat.whatsapp.com/I5B5E635tbp2f9DoUV3SaL
Institut Adab Insan Mulia
▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB
Admin: wa.me/6287726541098


