Sekolah Adab

Desain SMP-SMA Adab (1) | 8 Tantangan Umat Rasulullah SAW di Era Informasi

Sekolah Adab Tingkat Menengah

Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si. (SekolahAdab.ID)

Umat Rasulullah SAW di era kontemporer menghadapi berbagai tantangan kompleks yang menguji keimanan, intelektualitas, dan kesiapan mereka dalam mengarungi kehidupan. Tantangan-tantangan ini menuntut perhatian serius dan upaya sungguh-sungguh untuk diatasi agar umat Islam dapat memenuhi perannya sebagai khalifah di muka bumi (khalifatun fil ardhi) dan mencapai kebahagiaan dunia dan Akhirat. Mewujudkan umat yang terbaik tentu dicapai melalui proses pendidikan atau membangun sebuah institusi pendidikan dengan kurikulum yang mampu mewujudkannya.

Mengawali pendirian sebuah sekolah hendaknya diawali dengan mengidentifikasi persoalan-persoalan sumber daya manusia yang ada di sebuah masa, sekaligus membayangkan kualitas sumber daya manusia seperti apa yang dibutuhkan di masa sekitar 10 tahun ke depan. Sebuah sekolah harus membawa narasi baru yang mencerahkan kejumudan yang ada, semangat baru bagi dunia pendidikan di sekitarnya. Begitu pula sebuah sekolah tingkat menengah, baik menengah pertama (SMP, usia 13-15 tahun) ataupun menengah atas (SMA, usia 16-18 tahun).

Berdasarkan pembacaan pada realitas di masa tulisan ini dibuat (2024), minimal umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hari ini memiliki 8 (delapan) permasalahan utama. Hal ini jika dibandingkan dengan generasi di masa sahabat dalam kurun usia 13-20 tahun. Kedelapan persoalan tersebut adalah:

  1. Kematangan di Usia Muda dan Kemandirian Ekonomi
    Belum matang di usia 20 tahun, masih sangat bergantung secara ekonomi kepada orang tua.
  2. Dikotomi Pemikiran
    Terlihat cerdas namun pemikirannya tidak Islami, minimal terdikotomi antara dunia dan Akhirat, dan antara agama dan sains.
  3. Kurangnya Mengenali Potensi Diri dan Persiapan untuk Membangun Keluarga
    Tidak selesai ilmu fardhu ‘ain, tidak siap menjadi suami/istri, ayah/bunda, dan tidak mengenali minat dan bakat
  4. Kurangnya Pemahaman terhadap Sumber Utama Ajaran Islam
    Tidak selesai memahami terjemah Al-Qur’an 30 Juz, 42 Hadits, Sirah Nabawiyah, Kitab Dasar Primer
  5. Kelemahan Fisik dan Kurangnya Keterampilan Dasar
    Fisik yang lemah, tidak bisa bela diri, berenang, memanah dan berkuda sebagaimana arahan Rasulullah SAW
  6. Kurangnya Partisipasi dalam Organisasi dan Khidmah Kemasyarakatan
    Tidak terbiasa berorganisasi dan tidak tertarik khidmah di tengah masyarakat
  7. Keterbatasan Literasi dan Keterampilan di Era Informasi
    Tidak literatif bahasa Arab, bahasa Inggris, IT, Public Speaking, dan Perencanaan Keuangan Syari’ah
  8. Kesadaran Hijrah yang Terlambat dan Cara Berpikir Ekstrim
    Baru sadar harus hijrah di usia 35-45 tahun, bahkan terjatuh pada cara berpikir ekstrim karena ingin instan

Berikut penjabaran dari 8 (delapan) tantangan dimaksud, sebagai berikut:

1. Kematangan di Usia Muda dan Kemandirian Ekonomi

Banyak pemuda muslim yang belum mencapai kematangan di usia 20 tahun. Mereka masih sangat bergantung secara ekonomi kepada orang tua dan belum memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan. Hal ini menyebabkan mereka rentan terhadap pengaruh negatif dan kesulitan dalam mengembangkan potensi diri.

Rasulullah SAW bersabda sebagaimana riwayat al-Bukhari no. 6605:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.'”

Hadits ini mengajarkan pentingnya kemandirian dan tanggung jawab sejak dini. Setiap muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Cukup banyak informasi tentang nama-nama sahabat Nabi SAW yang matang di usia 20 tahun. Oleh karenanya, kembali mewujudkannya menjadi tantangan bersama.

2. Dikotomi Pemikiran

Meskipun terlihat cerdas, banyak pemuda muslim yang pemikirannya tidak Islami. Terdapat dikotomi antara dunia dan akhirat dalam cara pandang mereka. Mereka mengejar kesuksesan dunia tanpa memperhatikan nilai-nilai agama dan mengesampingkan persiapan untuk Akhirat. Mereka tidak sama memisahkan antara agama dan sains, bahkan tanpa sadar mendukung pemikiran sekularisme, liberalisme, feminisme, pluralisme agama, sosialisme, kapitalisme, hingga bahkan komunisme.

Allah SWT berfirman dalam Surat al-Qashash [28] ayat 77:

وَابْتَغِ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi…”

Ayat ini mengajarkan bahwa seluruh aktifitas dunia adalah sebesar-besarnya untuk tujuan kebahagiaan di Akhirat. Dengan demikian semua ilmu yang dipelajari di dunia harus berawal dari prinsip-prinsip agama (beragama) dan memahami bahwa semua cabang sains yang dipelajari, baik sains sosial maupun sains alam adalah buah dari agama.

3. Kurangnya Mengenali Potensi Diri dan Persiapan untuk Membangun Keluarga

Banyak pemuda muslim yang belum mengenali potensi dirinya dan di bidang apa ia sebaiknya berkontribusi dalam rangka bermanfaat bagi ummat. Mereka juga belum menyelesaikan ilmu fardhu ‘ain dengan penuh kepahaman, meliputi akidah sebagai pondasi, ibadah dan akhlak. Mereka juga belum siap untuk menjadi suami/istri dan ayah/bunda yang bertanggung jawab. Selain itu, mereka belum mengenali minat dan bakat yang dimiliki sehingga kesulitan dalam menentukan arah hidup.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Nasa’i no. 3175:

تَزَوَّجُوا الْوَلُودَ الْوَدُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ

“Nikahilah wanita yang subur dan pengasih, karena aku bangga dengan banyak anak kalian.”

Hadits ini menunjukkan pentingnya persiapan untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, wa da’wah. Keluarga yang kuat akan menjadi pondasi bagi terbentuknya masyarakat dan umat yang kuat.

4. Kurangnya Pemahaman terhadap Sumber Utama Ajaran Islam

Banyak pemuda muslim yang belum menyelesaikan pemahaman terhadap terjemah Al-Qur’an 30 juz (240 rubu’), 42 Hadits Arba’in, Sirah Nabawiyah, dan kitab-kitab dasar primer lainnya. Hal ini menyebabkan mereka lemah dalam landasan agama dan mudah terpengaruh oleh paham-paham yang menyimpang. Padahal, kekuatan analisis berbasis sumber yang otoritatif di atas akan menjadi modal dasar dalam kepemimpinan diri di tengah masyarakat.

Allah SWT berfirman dalam Surat Muhammad [47] ayat 24:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Atau ada kunci-kunci pada hati mereka?”

Ayat ini menegaskan pentingnya tadabbur (merenungkan) Al-Qur’an agar dapat memahami makna dan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

5. Kelemahan Fisik dan Kurangnya Keterampilan Dasar

Banyak pemuda muslim yang memiliki fisik yang lemah dan tidak memiliki keterampilan dasar seperti bela diri, berenang, memanah, berkuda, memasak, berdagang dan lainnya, sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini menyebabkan mereka kurang siap dalam menghadapi tantangan fisik dan membela diri, agama, dan negaranya.

Rasulullah SAW bersabda:

عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمُ السِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ

“Ajarkanlah anak-anak kalian berenang dan memanah.” (HR. Bukhari)

atau dalam riwayat an-Nasa’i:

كُلُّ شَيْءٍ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ اللَّهِ ، فَهُوَ لَهُوٌ وَلَعِبٌ ، إِلا أَرْبَعَ مُلاعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَتَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ ، وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرَضَيْنِ ، وَتَعْلِيمُ الرَّجُلِ السَّبَّاحَةَ

Setiap hal yang tidak ada dzikir kepada Allah adalah lahwun (kesia-siaan) dan permainan belaka, kecuali empat: candaan suami kepada istrinya, seorang lelaki yang melatih kudanya, latihan memanah, dan mengajarkan renang.”

Hadits ini menunjukkan pentingnya memiliki keterampilan fisik yang memadai untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri.

6. Kurangnya Partisipasi dalam Organisasi dan Khidmah Kemasyarakatan

Banyak pemuda muslim yang tidak terbiasa berorganisasi dan tidak tertarik untuk berkhidmah di tengah masyarakat. Hal ini menyebabkan mereka kurang memiliki jiwa sosial dan kepemimpinan serta sulit untuk berkontribusi secara nyata bagi kemajuan umat dan bangsa.

Allah SWT berfirman dalam Surat Ash-Shaff [61] ayat 4:

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kukuh.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat ath-Thabrani:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”

Hadits ini mengajarkan pentingnya memiliki jiwa sosial dan berkontribusi bagi kepentingan orang lain.

7. Keterbatasan Literasi dan Keterampilan di Era Informasi

Banyak pemuda muslim yang memiliki keterbatasan literasi dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, dan teknologi informasi. Mereka juga kurang memiliki keterampilan public speaking dan perencanaan keuangan syariah. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan dalam mengakses informasi, berkomunikasi secara efektif, dan mengelola keuangan dengan baik.

Di era globalisasi dan digitalisasi seperti saat ini, penguasaan bahasa asing dan teknologi informasi menjadi krusial bagi kemajuan individu dan umat. Sayangnya, banyak pemuda muslim yang masih memiliki keterbatasan dalam hal ini.

a. Bahasa Arab:

Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Sunnah, sumber utama ajaran Islam. Menguasai bahasa Arab memungkinkan seorang muslim untuk:

  • Memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam: Tanpa memahami bahasa Arab, pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah akan terbatas pada terjemahan, yang terkadang tidak dapat menangkap esensi dan nuansa makna yang sebenarnya.
  • Mengakses khazanah ilmu keislaman: Banyak karya klasik dan kontemporer dalam bidang ilmu keislaman ditulis dalam bahasa Arab.
  • Berkomunikasi dengan umat Islam di seluruh dunia: Bahasa Arab menjadi bahasa pengantar di banyak negara dengan mayoritas penduduk muslim.
  • Memperluas peluang kerja: Penguasaan bahasa Arab membuka peluang kerja di berbagai bidang, seperti penerjemahan, pengajaran, diplomasi, dan pariwisata.

Riset menunjukkan bahwa minat mempelajari bahasa Arab di kalangan non-Arab semakin meningkat. Data dari The Modern Language Association of America menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah bahasa Arab di perguruan tinggi Amerika meningkat sebesar 126,5% antara tahun 2002 dan 2016.

b. Bahasa Inggris:

Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan di berbagai bidang, seperti pendidikan, bisnis, teknologi, dan diplomasi. Menguasai bahasa Inggris memungkinkan seorang muslim untuk:

  • Mengakses informasi dan pengetahuan global: Sebagian besar informasi dan pengetahuan terbaru dipublikasikan dalam bahasa Inggris.
  • Mengembangkan diri di kancah internasional: Bahasa Inggris menjadi syarat utama untuk berpartisipasi dalam berbagai forum dan kegiatan internasional.
  • Memperluas jaringan dan peluang kerja: Penguasaan bahasa Inggris membuka peluang kerja di perusahaan multinasional dan organisasi internasional.

Menurut EF English Proficiency Index (EF EPI) tahun 2022, Indonesia berada di peringkat 77 dari 111 negara dalam hal kemampuan berbahasa Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris masyarakat Indonesia, termasuk para pemuda muslim.

c. Teknologi Informasi:

Teknologi informasi telah merambah hampir semua aspek kehidupan. Menguasai teknologi informasi memungkinkan seorang muslim untuk:

  • Mengakses informasi dengan mudah dan cepat: Internet menyediakan akses ke berbagai sumber informasi dari seluruh dunia.
  • Berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif: Berbagai platform digital memudahkan komunikasi dan kolaborasi antar individu maupun kelompok.
  • Mengembangkan kreativitas dan inovasi: Teknologi informasi menyediakan berbagai alat dan aplikasi untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi.
  • Meningkatkan produktivitas dan efisiensi: Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengotomatiskan berbagai tugas dan proses.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 77%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk para pemuda muslim, telah terhubung dengan internet. Namun, pemanfaatan teknologi informasi tersebut perlu diarahkan pada hal-hal yang positif dan produktif.

d. Perencanaan Keuangan Syariah:

Di era modern yang penuh dengan godaan konsumerisme dan materialisme, penting bagi pemuda muslim untuk memiliki kemampuan perencanaan keuangan syariah. Hal ini memungkinkan mereka untuk:

  • Mengelola keuangan sesuai prinsip syariah: Menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam perencanaan keuangan, seperti menghindari riba, gharar (ketidakpastian), dan maisir (perjudian), menghindari pemborosan, serta mengalokasikan dana untuk zakat, infak, dan sedekah.
  • Mencapai tujuan keuangan jangka pendek dan panjang: Membuat anggaran, menabung, dan berinvestasi secara terencana dan halal untuk mencapai tujuan keuangan, seperti memiliki rumah, menunaikan ibadah haji, dan mempersiapkan dana pendidikan anak.
  • Menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab: Mengelola keuangan secara bijak menumbuhkan sikap mandiri dan bertanggung jawab dalam penggunaan harta.
  • Menjadi contoh bagi orang lain: Dengan menerapkan perencanaan keuangan syariah, pemuda muslim dapat menjadi contoh bagi orang lain dalam mengelola keuangan secara halal dan bertanggung jawab.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan syariah di Indonesia masih rendah, yaitu sebesar 9,14%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat Indonesia, termasuk para pemuda muslim, tentang keuangan syariah masih perlu ditingkatkan.

8. Kesadaran Hijrah yang Terlambat dan Cara Berpikir Ekstrim

Idealnya, proses hijrah dimulai sejak dini, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu. Namun, kenyataannya banyak muslim yang baru menyadari pentingnya hijrah di usia 35-45 tahun, bahkan ada yang lebih lambat lagi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pemahaman agama, lingkungan pergaulan yang kurang mendukung, atau kesibukan mengejar dunia.

Kesadaran hijrah yang terlambat ini menimbulkan beberapa tantangan, di antaranya:

  • Penyesalan dan kesulitan dalam mengubah kebiasaan: Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketidaktaatan, seseorang mungkin akan merasakan penyesalan yang mendalam dan mengalami kesulitan dalam mengubah kebiasaan lama yang telah mengendap.
  • Keterbatasan waktu dan kesempatan: Di usia yang tidak lagi muda, seseorang mungkin memiliki keterbatasan waktu dan kesempatan untuk mempelajari agama dan beramal shalih secara optimal.
  • Rentan terhadap cara berpikir ekstrim: Karena ingin mengejar ketertinggalan secara instan, seseorang mungkin terjerumus pada cara berpikir ekstrim dan fanatik. Hal ini dapat mengakibatkan sikap intoleran dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat.

Allah SWT berfirman dalam surat Ali ‘Imran [3] ayat 133:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.”

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 143, mendorong hamba-Nya untuk berpikir wasathi:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ

Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.


Kedelapan tantangan di atas seharusnya tidak kita ulangi terjadi pada generasi hari ini, terlebih jika kita memiliki kesempatan untuk memutus mata rantai persoalan di atas. Oleh karenanya, dibutuhkan desain pendidikan yang tepat serta komprehensif sebagai solusi dari seluruh persoalan di atas. Lebih baik lagi, jika solusi yang diterapkan kemudian menjadi inspirasi dan motivasi bagi dunia pendidikan di sekitarnya untuk sama-sama bertransformasi menuju harapan besar mendapatkan akreditasi ‘A’ dari Allah subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana desainnya yang berfokus pada persoalan di atas? Adakah persoalan hari ini yang belum tercakup pada persoalan di atas? Masukan sangat terbuka dan akan menjadi bagian pembahasan pada tulisan selanjutnya.

(Bersambung pada tulisan selanjutnya).


Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button
× Kontak Kami