Sekolah Adab

Desain SMP-SMA Adab (2) | 9 Prinsip Pengembangan SekolahAdab.ID Usia Menengah

Sekolah Adab Insan Mulia

Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si.

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam membangun peradaban. Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan generasi mudanya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pendidikan yang krusial, di mana murid mulai memasuki masa pemuda, pembentukan adab, serta pengenalan jati diri mereka. Oleh karena itu, pengembangan SMP yang berkualitas membutuhkan prinsip dasar. Terdapat 9 prinsip minimal yg dibutuhkan, yakni:

  1. Menjadi referensi sekolah terbaik bagi Indonesia yang fokus pada kualitas murid menjadi a good man) masyarakat
  2. Tersosialisasikan narasi pendidikan 6 (enam) tahun dengan baik
  3. Berangkat dari kesepakatan passion dan talent, dengan agile curriculum untuk ilmu fardhu kifayah
  4. Sumber kecerdasan berawal dari analisis kandungan 240 Rubu’ Al-Qur’an dan Sirah Nabawiyah
  5. Mendahulukan bahan ajar atau referensi primer dasar otoritatif nan barakah dari karya ulama Salaf dan Khalaf
  6. Pengabdian setiap pekan di masyarakat untuk memupuk semangat khairunnas
  7. Seluruh metode pembelajaran mengandung problem, project, dan pembiasaan hanya soal HOTS-SNMBPTN
  8. Murid ikhwan dan akhwat dipisah
  9. Fokus Tafaqquh di usia SMP, dan Iqamah di usia SMA, matang di usia 20 tahun:
    • Full Day selama SMP, dan Boarding selama SMA, mencegah kebosanan lingkungan pondok pesantren
    • Fokus kemahiran Bahasa Arab di SMP, dan Bahasa Inggris di SMA
    • Mutqin 15-30 Juz di usia SMP, Bersanad 30 Juz di usia SMA
    • Kemahiran dagang di SMP, dan memiliki penghasilan di SMA
    • Terbiasa berorganisasi di SMP, dan menduduki jabatan organisasi publik di SMA
    • Lulus dengan sertifikasi kemahiran mengajar dan kemahiran khusus dari SekolahAdab.ID
    • Fokus pembiasaan soal-soal HOTS

Tulisan ini akan menguraikan 9 prinsip pengembangan SMP Berbasis Adab yang dapat menjadi acuan dalam membangun sekolah yang unggul dan melahirkan generasi muda Muslim yang berakhlak mulia, berilmu, dan berdaya saing.

Prinsip 1: Menjadi Referensi Sekolah Terbaik bagi Indonesia yang Fokus pada Kualitas Murid Menjadi “A Good Man” di Masyarakat

(مَرْجِعِيَّةٌ لِأَفْضَلِ الْمَدَارِسِ فِي إِنْدُونِيسِيَا الَّتِي تُرَكِّزُ عَلَى جَوْدَةِ الطُّلَّابِ لِيُصْبِحُوا “إِنْسَانًا صَالِحًا” فِي الْمُجْتَمَعِ)

Prinsip pertama ini menekankan pentingnya SMP untuk menjadi teladan dan acuan bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia. Fokus utama sekolah bukan hanya pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter siswa menjadi “a good man” atau “insan salih” yang berakhlak mulia, berintegritas, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qalam ayat 4:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Implementasi Prinsip 1:

  • Kurikulum Terintegrasi: Mengembangkan kurikulum yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang agama dan akhlak mulia.
  • Pengembangan Karakter: Menerapkan program-program pengembangan karakter yang komprehensif, meliputi pembiasaan akhlakul karimah, pelatihan kepemimpinan, dan pengabdian masyarakat.
  • Lingkungan Kondusif: Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, Islami, dan mendukung perkembangan potensi siswa secara optimal.

Prinsip 2: Tersosialisasikan Narasi Pendidikan 6 (Enam) Tahun dengan Baik

(تَوَاصُلُ رِوَايَةِ التَّعْلِيمِ لِمُدَّةِ 6 (سِتَّةِ) سَنَوَاتٍ بِشَكْلٍ جَيِّدٍ)

Prinsip ini menekankan pentingnya menyampaikan narasi program pendidikan 6 tahun yang diselenggarakan oleh sekolah secara efektif dan transparan. Program ini merupakan kesatuan yang terpadu antara jenjang SMP dan SMA, dirancang secara khusus untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi dan karakter yang utuh.

Penting untuk dipahami bahwa program ini dirancang sebagai satu kesatuan yang utuh selama 6 tahun. Jika seorang murid hanya mengikuti pendidikan di SMP (3 tahun) dan tidak melanjutkan ke jenjang SMA di sekolah yang sama, maka ia tidak akan mendapatkan paket pendidikan yang lengkap sesuai dengan narasi 6 tahun yang dimaksud.

Implementasi Prinsip 2:

  • Menjelaskan Keunggulan Program: Sosialisasi harus menjelaskan secara detail keunggulan dan manfaat mengikuti program pendidikan 6 tahun secara utuh, termasuk pencapaian kompetensi lulusan yang diharapkan.
  • Kurikulum Berkelanjutan: Menekankan bahwa kurikulum SMP dan SMA merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Memberikan gambaran bagaimana kompetensi yang dibangun di jenjang SMP akan dikembangkan lebih lanjut di jenjang SMA.
  • Pengembangan Adab Bertahap: Menjelaskan tahapan pengembangan adab yang dirancang secara khusus untuk setiap jenjang, SMP dan SMA, sehingga terbentuk adab yang matang dan utuh selama 6 tahun.

Dengan sosialisasi yang komprehensif, transparan, dan disampaikan dengan cara yang baik, diharapkan orang tua dan calon murid dapat memahami esensi dan manfaat mengikuti program pendidikan 6 tahun secara utuh, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat demi masa depan mereka.

Prinsip 3: Berangkat dari Kesepakatan Passion dan Talent, dengan Agile Curriculum untuk Ilmu Fardhu Kifayah

(اِتِّفَاقُ الشَّغَفِ وَالْمَوْهِبَةِ، مَعَ مُقَرَّرٍ مُرِنٍ لِعُلُومِ الْفَرْضِ الْكِفَايَةِ)

Prinsip ini menekankan pentingnya mengembangkan kurikulum yang fleksibel (agile) dan responsif terhadap passion (minat) dan talent (bakat) siswa, khususnya dalam mempelajari ilmu fardhu kifayah. Ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang wajib dikuasai oleh sebagian umat Islam, seperti kedokteran, teknologi, dan ekonomi. Dengan mengetahui passion dan talent siswa sejak dini, sekolah dapat membantu mereka mengembangkan potensi diri secara optimal dan mempersiapkan mereka untuk menguasai ilmu fardhu kifayah yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Implementasi Prinsip 3:

  • Identifikasi Passion dan Talent: Melakukan asesmen dan observasi untuk mengidentifikasi passion dan talent siswa sejak awal masuk sekolah.
  • Pilihan Program Peminatan: Menyediakan berbagai program peminatan (elective courses) di bidang ilmu fardhu kifayah, seperti program tahfidz Al-Qur’an, sains dan teknologi, kewirausahaan, dan lain-lain.
  • Pendampingan dan Bimbingan: Memberikan pendampingan dan bimbingan kepada siswa dalam memilih program peminatan yang sesuai dengan passion dan talent mereka.
  • Evaluasi dan Penyesuaian: Melakukan evaluasi dan penyesuaian kurikulum secara berkala untuk memastikan relevansi dan efektivitas program peminatan.

Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah:

  • Al-Qur’an:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Dan Kami uji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT menguji manusia dengan berbagai kondisi dan kemampuan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengenali potensi diri dan mengembangkannya secara optimal.

  • As-Sunnah:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى فَرَضَ عَلَى كُلِّ أُمَّةٍ فَرِيضَةً، فَمَنْ أَدَّاهَا فَقَدْ أَدَّى فَرِيضَةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ فَرِيضَةَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan atas setiap umat suatu kewajiban. Barang siapa yang menunaikannya, maka ia telah menunaikan kewajiban Allah Azza wa Jalla. Dan barang siapa yang meninggalkannya, maka ia telah meninggalkan kewajiban Allah.” (HR. Al-Baihaqi)

Hadis ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kewajiban untuk menunaikan peran dan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.

Prinsip 4: Sumber Kecerdasan Berawal dari Analisis Kandungan 240 Rubu’ Al-Qur’an dan Sirah Nabawiyah

(مَصْدَرُ الذَّكَاءِ يَبْدَأُ مِنْ تَحْلِيلِ مُحْتَوَى 240 رُبْعًا مِنَ الْقُرْآنِ وَالسِّيرَةِ النَّبَوِيَّةِ)

Prinsip ini menekankan bahwa Al-Qur’an dan Sirah Nabawiyah merupakan sumber utama kecerdasan dan sumber bimbingan dalam berpikir. Dengan mempelajari dan menganalisis kandungan seluruh 240 rubu’ Al-Qur’an berikut kisah hidup Nabi Muhammad SAW, murid akan mendapatkan pondasi yang kuat dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Al-Qur’an dan Sirah Nabawiyah mengandung berbagai macam hikmah, dan nilai-nilai luhur yang dapat mengembangkan potensi kecerdasan murid secara holistik.

Implementasi Prinsip 4:

  1. Tahfizh dan Tadabbur Al-Qur’an: Menerapkan program tahfidz Al-Qur’an yang diikuti dengan tadabbur (merenungi makna) ayat-ayatnya, sehingga murid tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami pesan-pesan Al-Qur’an.Allah SWT berfirman dalam Surat Shad [38] ayat 29:

    كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

    “(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang mempunyai pikiran mengambil pelajaran.”

    Kebiasaan tadabbur Al-Qur’an yang dilakukan secara konsisten dan benar dapat berkorelasi positif dengan peningkatan kecerdasan manusia melalui beberapa mekanisme berikut:

    1. Stimulasi Kognitif

    • Berpikir Kritis: Tadabbur menuntut seseorang untuk aktif berpikir, menganalisis, dan menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan realitas kehidupan. Proses ini melatih kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis.
    • Pemahaman Mendalam: Melalui tadabbur, seseorang tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga merenungkan maknanya, mencari hikmah di baliknya, dan menghubungkannya dengan pengetahuan lain yang dimiliki. Hal ini meningkatkan daya tangkap, pemahaman, dan pengetahuan seseorang.
    • Memperkuat Daya Ingat: Proses tadabbur melibatkan berbagai aspek kognitif, seperti membaca, memahami, menganalisis, dan mengingat. Aktivitas ini dapat merangsang dan memperkuat daya ingat seseorang.

    2. Penguatan Adab

    • Kecerdasan Emosional: Tadabbur Al-Qur’an membantu seseorang mengenali dan mengelola emosi dengan lebih baik. Al-Qur’an mengajarkan tentang kesabaran, syukur, empati, dan lain-lain, yang merupakan aspek penting dalam kecerdasan emosional.
    • Kecerdasan Spiritual: Tadabbur meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT. Hal ini berdampak pada peningkatan kecerdasan spiritual, yang mencakup kemampuan untuk memahami makna hidup, menemukan tujuan hidup, dan menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Allah SWT, kemudian dengan diri sendiri, dan orang lain.

    3. Peningkatan Kreativitas

    • Berpikir Out of the Box: Tadabbur Al-Qur’an membuka wawasan dan pemikiran seseorang, sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai perspektif dan menghasilkan ide-ide baru.
    • Pemecahan Masalah: Al-Qur’an menyajikan berbagai kisah dan permasalahan yang dihadapi oleh umat terdahulu, beserta solusinya. Dengan mempelajari dan menganalisis kisah-kisah tersebut, seseorang dapat belajar bagaimana memecahkan masalah dengan bijak dan kreatif.

    4. Dukungan Ilmiah

    • Neuroplastisitas: Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas mental seperti tadabbur dapat merangsang neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk berubah dan berkembang. Hal ini berdampak pada peningkatan fungsi kognitif dan kecerdasan seseorang.
    • Kesehatan Mental: Tadabbur Al-Qur’an dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan konsentrasi dan kemampuan belajar seseorang.

    Ikhtisar:

    Tadabbur Al-Qur’an bukan hanya sebuah aktivitas ibadah, tetapi juga merupakan proses belajar yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan manusia secara holistik. Dengan membiasakan diri mentadabburi Al-Qur’an, seseorang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, emosional, spiritual, dan kreativitasnya, sehingga menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi sesama.

  2. Pembelajaran Sirah Nabawiyah: Menganalisis seluruh peri kehidupan Nabi Muhammad SAW melalui Sirah Nabawiyah. Murid berkorelasi positif dengan peningkatan kecerdasan manusia, peningkatan motivasi untuk meneladani kepribadian dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sehingga memiliki landasan dalam berpikir, bergerak, merasa, dan bertindak.Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ahzab [33] ayat 21:لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”Menganalisis setiap segmen kehidupan Nabi Muhammad SAW secara rutin memeliki banyak manfaat, di antaranya:

    1. Menjadi Model Pembelajaran Ideal

    Kehidupan Nabi Muhammad SAW, atau yang dikenal dengan Sirah Nabawiyah, merupakan contoh nyata penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Setiap segmen kehidupannya, mulai dari masa kecil, remaja, dewasa, hingga wafatnya, sarat dengan pelajaran dan hikmah yang dapat diambil dan dijadikan teladan.

    2. Merangsang Kecerdasan

    Menganalisis Sirah Nabawiyah menuntut seseorang untuk berpikir kritis, mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Nabi dengan konteks masa kini. Proses ini melatih berbagai aspek kecerdasan, di antaranya:

    • Kecerdasan Intelektual: Menganalisis strategi dakwah Nabi, kebijakan beliau dalam memimpin, dan cara beliau menyelesaikan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir strategis, problem solving, dan pengambilan keputusan.
    • Kecerdasan Emosional: Mempelajari bagaimana Nabi mengelola emosi, berinteraksi dengan orang lain, dan menyikapi tantangan hidup dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan kemampuan bersosialisasi.
    • Kecerdasan Spiritual: Merenungkan kehidupan Nabi yang penuh keikhlasan, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah SWT dapat memperdalam pemahaman tentang makna hidup dan meningkatkan kecerdasan spiritual.

    3. Manfaat Analisis Sirah Nabawiyah

    • Meneladani Kemuliaan Akhlak Nabi: Dengan menganalisis setiap segmen kehidupan Nabi, seseorang dapat memahami dan meneladani akhlak mulia beliau, seperti kejujuran, keadilan, kesabaran, dan kerendahan hati.
    • Menemukan Solusi atas Permasalahan Hidup: Sirah Nabawiyah memberikan banyak contoh bagaimana Nabi menyelesaikan berbagai permasalahan hidup, baik pribadi maupun sosial. Dengan menganalisis cara beliau menyelesaikan masalah, seseorang dapat menemukan inspirasi dan solusi untuk permasalahan yang dihadapi saat ini.
    • Meningkatkan Motivasi dan Semangat Hidup: Mempelajari perjuangan dan pengorbanan Nabi dalam menyampaikan risalah Islam dapat meningkatkan motivasi dan semangat hidup seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan.

    4. Contoh Analisis Sirah Nabawiyah

    • Menganalisis strategi dakwah Nabi di Mekah dan Madinah: Membandingkan metode dakwah yang digunakan Nabi di kedua kota tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan hasil yang dicapai.
    • Menganalisis kepemimpinan Nabi dalam membangun masyarakat Madinah: Mempelajari bagaimana Nabi menyatukan berbagai kelompok masyarakat yang berbeda, membangun sistem pemerintahan, dan menegakkan keadilan sosial.
    • Menganalisis cara Nabi menyelesaikan konflik dan perselisihan: Mempelajari prinsip-prinsip dan strategi yang digunakan Nabi dalam menyelesaikan konflik, baik secara individu maupun kelompok.

    Menganalisis setiap segmen kehidupan Nabi Muhammad SAW merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan manusia secara holistik. Dengan mempelajari dan menganalisis Sirah Nabawiyah, seseorang dapat mengembangkan kemampuan kognitif, emosional, dan spiritualnya, serta menemukan inspirasi dan solusi untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.


Prinsip 5: Mendahulukan Bahan Ajar atau Referensi Primer Dasar Otoritatif nan Barakah dari Karya Ulama Salaf dan Khalaf

(تَقْدِيمُ مَوَادِّ التَّعْلِيمِ أَوِ الْمَرَاجِعِ الْأَسَاسِيَّةِ الْأَصْلِيَّةِ الْمُعْتَمَدَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنْ أَعْمَالِ عُلَمَاءِ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ)

Prinsip ini menekankan pentingnya penggunaan bahan ajar atau referensi yang berasal dari sumber primer yang otoritatif dan diberkahi Allah SWT, yaitu karya-karya ulama salaf dan khalaf. Ulama salaf adalah para ulama generasi pertama Islam yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW dan beberapa generasi setelahnya, sementara ulama khalaf adalah para ulama generasi berikutnya. Karya-karya mereka memiliki kedalaman ilmu, ketepatan, dan keberkahan yang dapat memberikan fondasi yang kuat bagi pembelajaran siswa.

Prinsip ini menekankan pentingnya penggunaan bahan ajar atau referensi yang berasal dari sumber primer yang otoritatif dan diberkahi Allah SWT, yaitu karya-karya ulama salaf dan khalaf. Ulama salaf adalah para ulama generasi pertama Islam yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW dan beberapa generasi setelahnya, sementara ulama khalaf adalah para ulama generasi berikutnya. Karya-karya mereka memiliki kedalaman ilmu, ketepatan, dan keberkahan yang dapat memberikan fondasi yang kuat bagi pembelajaran murid.

Keutamaan Sumber Primer:

Menggunakan kitab tulisan langsung para ulama lebih utama daripada menggunakan buku kontemporer dari berbagai penerbit. Hal ini karena sumber primer memiliki keunggulan dibandingkan sumber sekunder, di antaranya:

  • Keaslian dan Otentisitas: Kitab tulisan ulama merupakan sumber primer yang memiliki tingkat keaslian dan otentisitas yang tinggi, sehingga meminimalkan risiko terjadinya kesalahan interpretasi atau penyimpangan informasi.
  • Kedalaman Ilmu dan Pemahaman: Karya-karya ulama salaf dan khalaf ditulis dengan kedalaman ilmu dan pemahaman yang mendalam tentang agama Islam, sehingga dapat memberikan pemahaman yang komprehensif dan akurat kepada murid.
  • Sanad Keilmuan yang Jelas: Kitab tulisan ulama biasanya memiliki sanad keilmuan yang jelas, yaitu silsilah guru dan murid yang menyampaikan ilmu tersebut secara turun-temurun, sehingga menjamin kevalidan dan keabsahan ilmu yang disampaikan.
  • Berkah dan Keberkahan: Karya-karya ulama salaf dan khalaf ditulis dengan niat yang ikhlas untuk menyebarkan ilmu agama, sehingga diharapkan memiliki berkah dan keberkahan dari Allah SWT.

Kitab Dasar untuk Pembelajaran Murid Tingkat Awal:

Para ulama telah menyusun kitab-kitab dasar yang berukuran kecil dan mudah dipahami untuk pembelajaran murid tingkat awal, baik di bidang akidah, ibadah, maupun akhlak. Berikut beberapa contoh kitab yang banyak dipakai di Indonesia dalam madzhab Syafi’i:

  • Akidah:
    • Aqidatul Awwam (عقيدة العوام) karya Syaikh Ahmad al-Marzuqi (wafat 1367 H). Kitab ini merupakan nadham (syair) yang menjelaskan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah dengan bahasa yang mudah dipahami.
    • Tijan Darari (تيجان الدراري) karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri (1783-1860 M). Kitab ini merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Aqidatul Awwam.
    • Sullam al-Taufiq (سلم التوفيق) karya Syaikh Abdullah bin Husain bin Thaha al-Hadrami (wafat 1346 H). Kitab ini menjelaskan tentang akidah dan tata cara beribadah sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
  • Ibadah:
    • Safinat an-Najah (سفينة النجاة) karya Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’id bin Sumair al-Hadrami (1845-1891 M). Kitab ini merupakan matn (teks inti) fiqih Syafi’i yang menjelaskan tata cara beribadah secara ringkas.
    • Fathul Qarib al-Mujib (فتح القريب المجيب) karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazi (wafat 1572 M). Kitab ini merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Ghayah al-Ikhtishar karya Imam Abu Syuja’, yang juga menjelaskan fiqih Syafi’i secara ringkas.
    • Taqrib (التقريب) karya Syaikh Abu Syuja’ (1106-1172 M). Kitab ini merupakan matn fiqih Syafi’i yang sangat ringkas dan padat, sering digunakan sebagai pengantar bagi pemula.
  • Akhlak:
    • Ta’lim al-Muta’allim (تعليم المتعلم) karya Imam al-Zarnuji (wafat 1203 M). Kitab ini menjelaskan adab-adab belajar dan mengajar menurut Islam.
    • Al-Adab fi ad-Din (الأدب في الدين) karya Imam Al-Ghazali (1058-1111 M). Kitab ini membahas tentang adab-adab dalam beragama, mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti adab beribadah, adab bermuamalah, adab terhadap diri sendiri, dan adab terhadap orang lain. Kitab ini menekankan pentingnya menjaga akhlak dan adab dalam setiap aspek kehidupan seorang muslim.
    • Akhlaq al-Banin (أخلاق البنين) karya Syaikh Umar Baradja’ (1854-1939 M). Kitab ini menjelaskan akhlak yang baik bagi anak laki-laki.
    • Akhlaq al-Banat (أخلاق البنات) karya Syaikh Umar Baradja’ (1854-1939 M). Kitab ini menjelaskan akhlak yang baik bagi anak perempuan.
  • Bahasa Arab:
    • Al-Jurumiyah (الأجرُومِيَّةُ) karya Muhammad bin Muhammad bin Dawud al-Shanhaji (wafat 1370 M). Kitab ini merupakan kitab dasar tata bahasa Arab (nahwu) yang sangat populer di kalangan pelajar Islam.
    • Durus al-Lughah al-‘Arabiyyah li Ghairi an-Natiqin Biha (دروس اللغة العربية لغير الناطقين بها) karya Dr. V. Abdurrahim (abad ke-20 M). Kitab ini merupakan kitab bahasa Arab modern yang dirancang khusus untuk pemelajar non-penutur asli bahasa Arab. Kitab ini mencakup berbagai aspek kebahasaan, mulai dari kosakata dasar, tata bahasa, hingga percakapan.

Implementasi Prinsip 5:

  • Seleksi Bahan Ajar: Melakukan seleksi yang ketat terhadap bahan ajar yang digunakan, dengan mendahulukan karya-karya ulama salaf dan khalaf yang telah teruji kebenarannya dan diakui otoritasnya.
  • Pemanfaatan Kitab Kuning: Memanfaatkan kitab kuning sebagai salah satu sumber utama pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran agama Islam.
  • Opsi Pengembangan Bahan Ajar Mandiri: Mendorong guru untuk mengembangkan bahan ajar mandiri berdasarkan referensi primer dari karya-karya ulama salaf dan khalaf.
  • Opsi Kolaborasi dengan Para Ulama: Melakukan kolaborasi dengan para ulama dan cendekiawan Muslim dalam pengembangan kurikulum dan bahan ajar.

Prinsip 6: Pengabdian Setiap Pekan di Masyarakat untuk Memupuk Semangat Khairunnas (Fokus pada Pengajaran BTQ)

(الْخِدْمَةُ الْأُسْبُوعِيَّةُ فِي الْمُجْتَمَعِ لِتَعْزِيزِ رُوحِ “خَيْرُ النَّاسِ” (بِالتركيز على تعليم القراءة والكتابة للقرآن الكريم))

Prinsip ini menekankan pentingnya menanamkan semangat khairunnas (menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain) kepada murid SekolahAdab.ID usia SMP melalui program pengabdian masyarakat secara berkala, idealnya setiap pekan, dengan fokus pada pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ).

Pengaruh Khidmah Pengajaran BTQ di Masyarakat bagi Tumbuh Kembang Murid SekolahAdab.ID Usia SMP:

Khidmah pengajaran BTQ di masyarakat tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat yang menerima pengajaran, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan bagi tumbuh kembang murid SekolahAdab.ID usia SMP, diantaranya:

  • Peningkatan Kemampuan BTQ: Dengan mengajarkan BTQ pada orang lain, murid SekolahAdab.ID usia SMP akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an mereka sendiri. Mereka akan lebih giat belajar dan berlatih agar dapat menyampaikan ilmu dengan baik.
  • Pengembangan Aspek Kognitif: Mengajar membutuhkan kemampuan untuk menyampaikan informasi secara jelas, terstruktur, dan mudah dipahami. Hal ini akan melatih kemampuan kognitif murid SekolahAdab.ID usia SMP, seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkomunikasi efektif.
  • Penguatan Afeksi dan Psikomotorik: Interaksi sosial dengan masyarakat saat mengajar BTQ akan melatih afeksi murid SekolahAdab.ID usia SMP, seperti kesabaran, empati, dan rasa percaya diri. Selain itu, kegiatan menulis huruf Al-Qur’an juga dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik murid SekolahAdab.ID usia SMP.
  • Peningkatan Kecerdasan Spiritual: Mengamalkan ilmu dengan mengajarkan Al-Qur’an dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan murid SekolahAdab.ID usia SMP, serta mendekatkan mereka kepada Allah SWT. Hal ini berdampak positif pada perkembangan kecerdasan spiritual mereka.
  • Pembentukan Karakter Mulia: Khidmah pengajaran BTQ dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan seperti keikhlasan, kesabaran, disiplin, tanggung jawab, dan semangat berbagi pada diri murid SekolahAdab.ID usia SMP.

Penelitian Ilmiah dan Jurnal Pendukung:

Beberapa penelitian ilmiah dan jurnal mendukung adanya korelasi positif antara khidmah pengajaran BTQ dengan tumbuh kembang murid, diantaranya:

  • “Pengaruh Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa” (IAIN Syekh Nurjati Cirebon). Penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan BTQ berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an murid.
  • “Pengaruh Pembelajaran BTQ (Baca Tulis Qur’an) terhadap Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII SMP” (Jurnal Kanwil Sultra). Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran BTQ berpengaruh positif terhadap hasil belajar murid pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
  • “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini” (e-jurnal IAIN Sorong). Jurnal ini menjelaskan bahwa pembelajaran BTQ pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dan membentuk karakter religius murid.

Implementasi Prinsip 6 (Fokus pada Pengajaran BTQ):

  • Program Pengajaran BTQ: Merancang program pengajaran BTQ yang terstruktur dan berkelanjutan di masyarakat, misalnya dengan membuka kelas BTQ gratis di masjid, musholla, atau panti asuhan.
  • Pelatihan dan Pendampingan: Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada murid yang akan mengajar BTQ, sehingga mereka memiliki kompetensi dan metode pengajaran yang efektif.
  • Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program pengajaran BTQ untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan program.

Contoh Program Khidmah di Masyarakat:

Program Teknis Khidmah Pengajaran BTQ di Mushalla

A. Informasi Umum

  • Nama Program: Khidmah Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) oleh Murid SekolahAdab.ID Usia SMP
  • Lokasi: Mushalla [Nama Mushalla], [Alamat Mushalla]
  • Waktu Pelaksanaan: Setiap hari Jumat sore, ba’da ‘Ashar, pukul 15.30-17.00 WIB
  • Peserta: Murid SekolahAdab.ID usia SMP (13-15 tahun) sebagai pengajar, anak-anak kecil (usia 6-12 tahun) sebagai peserta didik
  • Penanggung Jawab: [Nama Guru Pendamping]

B. Tujuan Program

  • Tujuan Umum:
    • Menanamkan semangat khairunnas pada murid SekolahAdab.ID usia SMP.
    • Meningkatkan kemampuan BTQ murid SekolahAdab.ID usia SMP dan anak-anak di mushalla.
    • Membantu anak-anak di mushalla agar dapat membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
    • Membangun silaturahmi dan kebersamaan antara sekolah dengan masyarakat sekitar.
  • Tujuan Khusus:
    • Murid SekolahAdab.ID usia SMP mampu mengajarkan BTQ dengan metode yang efektif.
    • Murid SekolahAdab.ID usia SMP dapat mengembangkan soft skills seperti komunikasi, kerjasama, dan kepemimpinan.
    • Murid SekolahAdab.ID usia SMP memiliki kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab terhadap sesama.
    • Anak-anak di mushalla mengalami peningkatan kemampuan dalam membaca dan menulis Al-Qur’an.

C. Metode Pelaksanaan

  • Metode Pengajaran:
    • Menggunakan metode yang interaktif, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh anak-anak, seperti metode _Iqro’, Qiroati, atau metode lain yang relevan.
    • Melibatkan permainan edukatif dan media pembelajaran yang menarik untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
    • Memberikan motivasi dan apresiasi kepada anak-anak agar semangat dalam belajar BTQ.
  • Sistem Pengajaran:
    • Membagi murid SekolahAdab.ID usia SMP menjadi beberapa kelompok kecil, di mana setiap kelompok bertanggung jawab mengajar beberapa anak.
    • Memberikan bimbingan dan pendampingan kepada setiap kelompok oleh guru pendamping.
    • Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur perkembangan kemampuan BTQ anak-anak.

D. Materi Pengajaran

  • Pengenalan Huruf Hijaiyah:
    • Mengenal bentuk dan nama huruf hijaiyah.
    • Melatih penulisan huruf hijaiyah.
    • Mengucapkan huruf hijaiyah dengan makhraj yang benar.
  • Membaca dan Menulis Kata:
    • Membaca dan menulis kata-kata dasar dalam Al-Qur’an.
    • Memahami makna kata-kata tersebut.
  • Membaca dan Menulis Ayat:
    • Membaca dan menulis ayat-ayat pendek dalam Al-Qur’an.
    • Memahami arti dan makna ayat-ayat tersebut.
  • Menerapkan Tajwid Dasar:
    • Mengenal dan menerapkan tajwid dasar dalam membaca Al-Qur’an.

E. Susunan Acara

  • 15.30-15.45 WIB: Pembukaan (salam, doa, perkenalan)
  • 15.45-16.45 WIB: Pengajaran BTQ (sesuai materi dan metode)
  • 16.45-17.00 WIB: Penutup (evaluasi, motivasi, doa)

F. Evaluasi Program

  • Evaluasi dilakukan secara berkala untuk mengukur keefektifan program dan perkembangan kemampuan BTQ anak-anak.
  • Metode evaluasi dapat berupa tes lisan, tes tertulis, dan observasi langsung.
  • Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan perbaikan dan pengembangan program selanjutnya.

G. Penutup

Diharapkan program khidmah pengajaran BTQ ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Semoga program ini dapat menjadi salah satu wujud nyata pengamalan nilai-nilai Islam dan kontribusi positif sekolah terhadap masyarakat sekitar.


Prinsip 7: Seluruh Metode Pembelajaran Mengandung Problem, Project, dan Pembiasaan Hanya Soal HOTS-SNMBPTN

(جَمِيعُ أَسَالِيبِ التَّعْلِيمِ تَتَضَمَّنُ الْمَشَاكِلَ وَالْمَشَارِيعَ وَالتَّعَوُّدَ عَلَى أَسْئِلَةِ HOTS-SNMBPTN فَقَطْ)

Prinsip ini menekankan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang aktif, berpusat pada murid, dan berorientasi pada pengembangan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Seluruh proses pembelajaran dirancang agar murid aktif mencari solusi atas problem (permasalahan) yang diberikan, mengembangkan project (proyek) yang kreatif, dan terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS setingkat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMBPTN).

Penguatan Nalaria Berbasis Tadabbur dan Soal-Soal Kehidupan

Pengembangan HOTS pada murid SekolahAdab.ID usia SMP juga diintegrasikan dengan penguatan nalaria (kemampuan berpikir) yang berbasis tadabbur Al-Qur’an dan pemberian soal-soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Tadabbur Al-Qur’an melatih murid untuk berpikir kritis, menganalisis, dan menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan fenomena alam dan sosial. Sedangkan soal-soal yang relevan dengan kehidupan membantu murid menerapkan pengetahuan dan keterampilan HOTS dalam konteks nyata.

Penelitian Jurnal Internasional Pendukung:

  • “The Effect of Problem-Based Learning on Higher-Order Thinking Skills” (Journal of Educational Psychology). Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah efektif dalam meningkatkan kemampuan HOTS murid.
  • “Project-Based Learning and Higher-Order Thinking Skills” (Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning). Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan HOTS murid, terutama dalam hal pemecahan masalah dan berpikir kritis.
  • “The Impact of Higher-Order Thinking Skills on Student Achievement” (Review of Educational Research). Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara kemampuan HOTS dengan prestasi belajar murid.

Implementasi Prinsip 8:

  • Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning): Murid dihadapkan pada permasalahan nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan dibimbing untuk mencari solusi melalui proses inkuiri dan diskusi.
  • Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning): Murid diberikan tugas untuk mengembangkan proyek yang menuntut kreativitas, kerjasama, dan penerapan pengetahuan yang telah dipelajari.
  • Pembiasaan Soal HOTS-SNMBPTN: Murid dibiasakan mengerjakan soal-soal HOTS setingkat SNMBPTN secara rutin, baik dalam bentuk tugas, kuis, maupun ujian. Hal ini akan melatih kemampuan analisis, evaluasi, dan kreasi murid.
  • Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran: Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung proses pembelajaran, seperti menggunakan media pembelajaran interaktif, simulasi, dan platform pembelajaran online.

Manfaat Penerapan Prinsip 8:

  • Meningkatkan Kemampuan HOTS Murid: Metode pembelajaran yang menekankan problem solving dan project based learning dapat merangsang murid untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
  • Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Murid: Murid akan lebih termotivasi dan aktif dalam belajar jika dilibatkan secara langsung dalam proses mencari solusi dan mengembangkan proyek.
  • Mempersiapkan Murid Menghadapi Tantangan Masa Depan: Kemampuan HOTS sangat dibutuhkan di era modern yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Dengan terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS, murid akan lebih siap menghadapi ujian masuk perguruan tinggi dan tantangan di dunia kerja.

Contoh Penerapan Prinsip 8:

  • Mata Pelajaran IPA: Murid diberikan permasalahan tentang pencemaran lingkungan dan ditugaskan untuk mencari solusi melalui proyek penelitian sederhana.
  • Mata Pelajaran IPS: Murid diberikan tugas untuk mengembangkan proyek kewirausahaan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
  • Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Murid ditugaskan untuk menulis esai argumentatif tentang isu-isu sosial yang relevan.

Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan SekolahAdab.ID dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan berorientasi pada pengembangan kemampuan HOTS murid. Hal ini akan mempersiapkan murid untuk menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing di masa depan.

Contoh Prosedur Pengadaan yang Mengembangkan HOTS:

  • Ilmu Alam (Natural Science):
    1. Mengamati Fenomena Alam: Murid diajak mengamati fenomena alam di sekitar mereka, seperti pertumbuhan tanaman, siklus air, atau gerak benda.
    2. Merumuskan Pertanyaan: Murid dibimbing untuk merumuskan pertanyaan tentang fenomena yang diamati.
    3. Mengajukan Hipotesis: Murid diajak untuk mengajukan hipotesis atau dugaan sementara sebagai jawaban atas pertanyaan mereka.
    4. Melakukan Eksperimen: Murid merancang dan melaksanakan eksperimen sederhana untuk menguji hipotesis mereka.
    5. Menganalisis Data: Murid menganalisis data hasil eksperimen dan menarik kesimpulan.
    6. Mempresentasikan Hasil: Murid mempresentasikan hasil eksperimen dan kesimpulan mereka di depan kelas.
    7. Refleksi dan Diskusi: Murid diajak untuk merefleksikan proses belajar mereka dan mendiskusikan penerapan konsep ilmu alam dalam kehidupan sehari-hari.
  • Ilmu Sosial (Social Science):
    1. Mengidentifikasi Permasalahan Sosial: Murid diajak untuk mengidentifikasi permasalahan sosial di lingkungan sekitar mereka, seperti kemiskinan, ketidakadilan, atau konflik sosial.
    2. Mengumpulkan Informasi: Murid mengumpulkan informasi tentang permasalahan tersebut melalui berbagai sumber, seperti wawancara, observasi, atau studi literatur.
    3. Menganalisis Permasalahan: Murid menganalisis permasalahan tersebut dengan menggunakan konsep ilmu sosial yang telah dipelajari.
    4. Mengembangkan Solusi: Murid mengembangkan solusi alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut.
    5. Mempresentasikan Solusi: Murid mempresentasikan solusi mereka di depan kelas dan mendiskusikannya dengan murid lain.
    6. Merancang Aksi Nyata: Murid merancang aksi nyata yang dapat dilakukan untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan sosial tersebut.

Dengan menerapkan prinsip ini dan mengintegrasikannya dengan tadabbur Al-Qur’an serta soal-soal kehidupan, diharapkan SekolahAdab.ID dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan HOTS murid, sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, kritis, dan mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan di masa depan.

Contoh Program Pembelajaran Sains Alam (90 menit)

Tema: Siklus Air dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan

Kelas: VII SMP

Tujuan Pembelajaran:

  • Murid mampu menjelaskan tahapan siklus air dengan benar.
  • Murid mampu menganalisis pengaruh siklus air terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
  • Murid mampu merancang solusi untuk mengatasi permasalahan terkait siklus air.

Metode Pembelajaran:

  • Problem Based Learning
  • Project Based Learning
  • Diskusi
  • Presentasi

Media Pembelajaran:

  • Video animasi siklus air
  • Gambar/poster siklus air
  • Lembar kerja (LKPD)
  • Alat dan bahan untuk percobaan sederhana (misalnya: gelas, air, plastik, karet gelang)

Langkah-Langkah Kegiatan:

  1. Orientasi Masalah (15 menit)
    • Guru menampilkan video animasi siklus air.
    • Guru mengajukan pertanyaan pemantik:
      • “Apa yang terjadi pada air hujan setelah jatuh ke bumi?”
      • “Bagaimana air hujan bisa kembali ke langit?”
      • “Apa yang akan terjadi jika siklus air terganggu?”
    • Murid merespon pertanyaan dan mengemukakan pendapat mereka.
  2. Organisasi Belajar (20 menit)
    • Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok.
    • Guru memberikan LKPD yang berisi permasalahan terkait siklus air, misalnya:
      • “Bagaimana cara mengatasi kekeringan di musim kemarau?”
      • “Bagaimana cara mencegah banjir di musim hujan?”
    • Murid berdiskusi dan mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
  3. Penyelidikan Mandiri (30 menit)
    • Guru membimbing murid untuk melakukan percobaan sederhana tentang proses penguapan dan kondensasi.
    • Murid mengamati, mencatat hasil percobaan, dan menganalisis data yang diperoleh.
    • Murid menghubungkan hasil percobaan dengan fenomena siklus air di alam.
  4. Pengembangan dan Presentasi Artefak (20 menit)
    • Murid merancang solusi untuk mengatasi permasalahan siklus air yang telah diidentifikasi.
    • Murid membuat presentasi tentang solusi mereka dalam bentuk poster, makalah, atau media lainnya.
    • Murid mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas.
  5. Analisis dan Evaluasi (5 menit)
    • Guru dan murid bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi hasil presentasi setiap kelompok.
    • Guru memberikan pengayaan dan remedial sesuai kebutuhan.

Contoh Program Pembelajaran Sains Sosial (90 menit)

Tema: Keberagaman Budaya di Indonesia

Kelas: VII SMP

Tujuan Pembelajaran:

  • Murid mampu mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman budaya di Indonesia.
  • Murid mampu menganalisis faktor-faktor penyebab keberagaman budaya di Indonesia.
  • Murid mampu menjelaskan pentingnya sikap toleransi dan menghargai keberagaman budaya.

Metode Pembelajaran:

  • Project Based Learning
  • Diskusi
  • Presentasi
  • Role Playing

Media Pembelajaran:

  • Peta Indonesia
  • Gambar/foto berbagai budaya di Indonesia
  • Video tentang keberagaman budaya
  • Lembar kerja (LKPD)

Langkah-Langkah Kegiatan:

  1. Orientasi Masalah (15 menit)
    • Guru menampilkan peta Indonesia dan gambar/foto berbagai budaya di Indonesia.
    • Guru mengajukan pertanyaan pemantik:
      • “Apa saja bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia?”
      • “Mengapa Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat kaya?”
      • “Bagaimana cara kita menjaga keberagaman budaya di Indonesia?”
    • Murid merespon pertanyaan dan mengemukakan pendapat mereka.
  2. Organisasi Belajar (20 menit)
    • Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok.
    • Guru memberikan LKPD yang berisi tugas proyek, misalnya:
      • “Menganalisis faktor-faktor penyebab keberagaman budaya di suatu daerah di Indonesia.”
      • “Merancang kampanye sosial untuk mempromosikan toleransi dan menghargai keberagaman budaya.”
    • Murid berdiskusi dan menyusun rencana proyek mereka.
  3. Penyelidikan Mandiri (30 menit)
    • Murid mengumpulkan informasi tentang keberagaman budaya melalui berbagai sumber, seperti buku, internet, atau wawancara dengan narasumber.
    • Murid menganalisis informasi yang diperoleh dan menyusun laporan proyek.
  4. Pengembangan dan Presentasi Artefak (20 menit)
    • Murid menyelesaikan proyek mereka dan menyajikannya dalam bentuk presentasi, poster, video, atau drama.
    • Murid melakukan role playing untuk mensimulasikan situasi yang menunjukkan pentingnya toleransi dan menghargai keberagaman budaya.
  5. Analisis dan Evaluasi (5 menit)
    • Guru dan murid bersama-sama menganalisis dan mengevaluasi hasil presentasi setiap kelompok.
    • Guru memberikan pengayaan dan remedial sesuai kebutuhan.

Catatan: Kedua contoh program pembelajaran di atas hanyalah contoh dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan murid.


Prinsip 8: Murid Ikhwan dan Akhwat Dipisah

(فَصْلُ الطُّلَّابِ وَالطَّالِبَاتِ)

Prinsip ini menekankan pentingnya pemisahan antara murid laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) dalam proses pembelajaran di SekolahAdab.ID usia SMP. Hal ini didasarkan pada ajaran Islam yang menganjurkan adanya interaksi yang terbatas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, guna menjaga kemuliaan dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Manfaat Pemisahan Murid Ikhwan dan Akhwat:

  • Menjaga Kesucian Hati dan Pikiran: Pemisahan ini membantu murid untuk lebih fokus pada pembelajaran dan menghindari gangguan yang bersifat syahwat atau perasaan cinta yang belum waktunya. Pada usia SMP, murid sedang mengalami perkembangan fisik dan psikologis yang pesat, sehingga mudah terpengaruh oleh ketertarikan pada lawan jenis.
  • Mencegah Pergaulan Bebas: Dengan adanya pemisahan, interaksi antara ikhwan dan akhwat dapat lebih terkontrol dan sesuai dengan aturan Islam, sehingga mencegah terjadinya pergaulan bebas yang dapat merusak moral dan akhlak murid.
  • Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif: Pemisahan ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif, di mana murid dapat belajar dengan tenang dan nyaman tanpa adanya gangguan atau rasa canggung yang disebabkan oleh interaksi dengan lawan jenis. Hal ini dapat meningkatkan konsentrasi dan efektivitas belajar.
  • Menerapkan Nilai-nilai Islam: Pemisahan ini merupakan bentuk penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga murid dapat membiasakan diri untuk hidup sesuai dengan aturan agama dan menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
  • Mengoptimalkan Potensi Murid: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa murid dalam lingkungan sekolah yang terpisah cenderung lebih percaya diri dan berprestasi, terutama murid perempuan. Hal ini karena mereka dapat mengembangkan potensi diri secara optimal tanpa terbebani oleh stereotip gender atau tekanan sosial dari lawan jenis.

Resiko Jika Ikhwan dan Akhwat Digabung:

  • Gangguan Konsentrasi Belajar: Adanya ketertarikan pada lawan jenis dapat mengganggu konsentrasi belajar murid, sehingga menurunkan prestasi akademik.
  • Perilaku Tidak Senonoh: Potensi terjadinya perilaku tidak senonoh, seperti pacaran, pelecehan seksual, atau perbuatan mesum lainnya, akan meningkat jika ikhwan dan akhwat tidak dipisahkan.
  • Perkembangan Psikologis yang Tidak Sehat: Murid yang terlalu dini terlibat dalam hubungan dengan lawan jenis cenderung mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan, dan depresi.
  • Penyimpangan Sosial: Lingkungan sekolah campuran dapat menimbulkan budaya pergaulan bebas yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan norma sosial yang berlaku.

Implementasi Prinsip 9:

  • Kelas Terpisah: Menyediakan kelas terpisah untuk murid ikhwan dan akhwat.
  • Ruang Kegiatan Terpisah: Menyediakan ruang kegiatan terpisah, seperti ruang makan, ruang shalat, dan lapangan olahraga, untuk murid ikhwan dan akhwat.
  • Guru Pendamping Sesuai Jenis Kelamin: Menyediakan guru pendamping laki-laki untuk murid ikhwan dan guru pendamping perempuan untuk murid akhwat.
  • Aturan Interaksi yang Jelas: Menetapkan aturan interaksi yang jelas antara murid ikhwan dan akhwat sesuai dengan ajaran Islam, misalnya dalam hal komunikasi, kegiatan bersama, dan lain-lain.

Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah:

  • Al-Qur’an:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'” (QS. An-Nur: 30)

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya…” (QS. An-Nur: 31)

  • As-Sunnah:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Hati-hatilah kalian dalam memasuki (rumah) para wanita!” Lalu seorang laki-laki Anshar bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang ipar?” Beliau menjawab: “Ipar itu adalah maut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan untuk membatasi interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram guna menghindari fitnah dan menjaga kesucian diri.

Dengan menerapkan prinsip pemisahan murid ikhwan dan akhwat, diharapkan SekolahAdab.ID dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang Islami, kondusif, dan mendukung terwujudnya generasi muslim yang berakhlak mulia dan berprestasi.

Referensi Ilmiah Pendukung:

  • Lee, V. E., & Bryk, A. S. (1986). Effects of single-sex secondary schools on student achievement and attitudes. Journal of Educational Psychology, 78(5), 381-395. Penelitian ini menunjukkan bahwa murid di sekolah yang terpisah cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dan sikap yang lebih positif terhadap pembelajaran.

Prinsip 9: Fokus Tafaqquh di Usia SMP, dan Iqamah di Usia SMA, Matang di Usia 20 Tahun

(اَلتَّرْكِيزُ عَلَى “التَّفَقُّهِ” فِي سِنِّ الْمُتَوَسِّطَةِ، وَ “إِقَامَةِ الدِّينِ” فِي سِنِّ الثَّانَوِيَّةِ، وَالنُّضْجُ فِي سِنِّ الْعِشْرِينَ)

Prinsip ini menekankan pentingnya tahapan perkembangan murid dalam menuntut ilmu agama dan mengamalkannya. Fokus utama pada usia SMP adalah tafaqquh fiddin (memperdalam pemahaman agama), sementara pada usia SMA fokusnya bergeser pada iqamah fiddin (mengamalkan agama secara kaffah). Dengan demikian, diharapkan murid mencapai kematangan dalam beragama pada usia 20 tahun. Di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW yang terlihat telah matang di usia tersebut:

  • Ali bin Abi Thalib: Ali masuk Islam di usia yang sangat muda, sekitar 8 atau 10 tahun. Di usia 20-an, beliau sudah menjadi salah satu orang kepercayaan Nabi, ikut serta dalam berbagai peperangan, dan dikenal karena keberanian serta kecerdasannya. Beliau juga menjadi menantu Nabi, menikah dengan Fatimah az-Zahra.
  • Zaid bin Haritsah: Zaid adalah anak angkat Nabi Muhammad SAW. Di usia muda, beliau telah menunjukkan kesetiaan dan keberanian dalam membela Nabi dan agama Islam. Beliau ikut serta dalam berbagai peperangan dan menjadi salah satu panglima perang yang dipercaya Nabi.
  • Usamah bin Zaid: Putra dari Zaid bin Haritsah, Usamah juga dikenal karena kematangan dan kemampuannya di usia muda. Nabi menunjuknya sebagai panglima perang dalam ekspedisi ke Suriah saat usianya masih sangat muda, sekitar 18 tahun.
  • Abdullah bin Mas’ud: Meskipun masuk Islam di usia relatif muda, Abdullah bin Mas’ud cepat menunjukkan kedewasaan dan kedalaman pemahaman agamanya. Beliau dikenal karena kemampuannya dalam menghafal dan memahami Al-Qur’an, serta menjadi salah satu orang yang dipercaya Nabi untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain.
  • Muadz bin Jabal: Muadz bin Jabal dikenal karena kepandaian dan kedewasaannya dalam usia muda. Beliau diutus oleh Nabi untuk menyebarkan Islam ke Yaman dan menjadi qadhi (hakim) di sana.

Penting untuk diingat bahwa:

  • Penentuan “kematangan dan kedewasaan” bersifat relatif dan dapat berbeda-beda pada setiap individu.
  • Usia para sahabat di atas saat mengemban amanah dakwah merupakan perkiraan berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada.

Kerugian Jika Tidak Melanjutkan ke SMA yang Sama:

Penting untuk dipahami bahwa program pendidikan di SekolahAdab.ID dirancang sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan selama 6 tahun (SMP dan SMA). Jika murid hanya mengikuti pendidikan di jenjang SMP dan tidak melanjutkan ke jenjang SMA di sekolah yang sama, maka ia akan merasa rugi karena narasi pendidikan yang dirancang akan terputus. Hal ini disebabkan karena:

  • Kurikulum Terintegrasi: Kurikulum SMP dan SMA di SekolahAdab.ID dirancang secara terintegrasi dan berkesinambungan. Materi yang dipelajari di SMP merupakan fondasi bagi pembelajaran di SMA. Jika murid tidak melanjutkan ke SMA yang sama, ia akan kehilangan kesempatan untuk memperdalam dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh di SMP.
  • Program Pembinaan Berjenjang: Program pembinaan adab dan keterampilan di SekolahAdab.ID dirancang secara berjenjang sesuai dengan perkembangan psikologis murid. Jika murid tidak melanjutkan ke SMA yang sama, ia akan kehilangan kesempatan untuk mengikuti program pembinaan yang dirancang khusus untuk usia SMA, yang sangat penting bagi pemantapan identitas dan pengamalan agama.
  • Kehilangan Momentum Perkembangan: Usia SMP dan SMA merupakan masa keemasan bagi perkembangan murid, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Jika murid tidak melanjutkan ke SMA yang sama, ia akan kehilangan momentum untuk mengembangkan potensi diri secara optimal dalam lingkungan yang kondusif dan mendukung.

Analisis Psikologis Perkembangan Murid Usia SMP dan SMA

Usia SMP (13-15 Tahun): Masa Pencarian Jati Diri dan Pemahaman

  • Perkembangan Kognitif: Pada usia ini, murid memasuki tahap operasional formal menurut Piaget, di mana mereka mulai mampu berpikir abstrak, logis, dan sistematis. Mereka mulai mempertanyakan nilai-nilai dan aturan yang ada, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
  • Perkembangan Sosial-Emosional: Murid usia SMP sedang mencari jati diri dan pengakuan dari teman sebaya. Mereka cenderung lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial dan mengalami perubahan emosi yang fluktuatif.
  • Perkembangan Moral: Murid mulai mengembangkan pemahaman tentang benar dan salah, serta konsep keadilan dan tanggung jawab. Mereka mulai membentuk sistem nilai dan keyakinan sendiri.

Usia SMA (16-18 Tahun): Masa Pemantapan Identitas dan Pengamalan

  • Perkembangan Kognitif: Kemampuan berpikir abstrak dan kritis murid semakin berkembang. Mereka mampu memahami konsep yang kompleks dan menganalisis informasi secara lebih mendalam.
  • Perkembangan Sosial-Emosional: Murid usia SMA mulai lebih stabil secara emosional dan memiliki identitas diri yang lebih jelas. Mereka mulai fokus pada masa depan dan merencanakan tujuan hidup.
  • Perkembangan Moral: Murid memiliki pemahaman moral yang lebih matang dan mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip dan nilai-nilai yang dianutnya. Mereka lebih bertanggung jawab atas tindakan dan pilihan mereka.

Perbedaan Fokus Pembelajaran:

Berdasarkan analisis psikologis tersebut, dapat dipahami mengapa fokus pembelajaran agama di usia SMP ditetapkan pada tafaqquh (pemahaman), sementara di usia SMA ditetapkan pada iqamah (pengamalan).

  • Usia SMP: Murid membutuhkan pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam sebagai fondasi bagi pembentukan karakter dan pengambilan keputusan di masa depan.
  • Usia SMA: Murid sudah memiliki bekal pemahaman agama yang cukup, sehingga lebih siap untuk mengamalkan ajaran Islam secara konsisten dan bertanggung jawab.

Jurnal dan Referensi Ilmiah Pendukung:

  • Santrock, J. W. (2011). Adolescence. New York: McGraw-Hill. Buku ini menjelaskan tentang perkembangan fisik, kognitif, sosial-emosional, dan moral remaja.
  • Piaget, J. (1972). The psychology of the child. New York: Basic Books. Buku ini menjelaskan teori perkembangan kognitif Piaget, termasuk tahap operasional formal pada remaja.
  • Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. New York: Norton. Buku ini menjelaskan teori perkembangan psikososial Erikson, termasuk tahap pencarian identitas pada remaja.

Implementasi Prinsip 7:

  • Kurikulum Berjenjang: Mengembangkan kurikulum yang berjenjang dan terintegrasi antara SMP dan SMA, dengan penekanan pada tafaqquh di SMP dan iqamah di SMA.
  • Program Pembinaan: Menyediakan program pembinaan yang komprehensif untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik murid sesuai dengan tahapan perkembangan mereka.
  • Lingkungan Kondusif: Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan mendukung murid untuk memperdalam dan mengamalkan ajaran Islam.
  • Evaluasi dan Pendampingan: Melakukan evaluasi dan pendampingan secara berkala untuk memastikan perkembangan murid sesuai dengan tahapan yang diharapkan.

Dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah:

  • Al-Qur’an:

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

“Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu.” (QS. Al-Baqarah: 282)

Ayat ini menunjukkan bahwa proses belajar dan mengamalkan agama merupakan proses yang berkesinambungan dan membutuhkan kesungguhan serta bimbingan dari Allah SWT.

  • As-Sunnah:

Nabi Muhammad SAW bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Hadis ini menekankan pentingnya menuntut ilmu agama bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan murid SekolahAdab.ID dapat tumbuh menjadi generasi muslim yang kaffah, memiliki pemahaman agama yang mendalam, dan mampu mengamalkan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.


 

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button
× Kontak Kami