Konsolidasi Iman Adab MuaddibTa'dib

KIAM#7: Menjadi Muaddib Penuh Semangat

Institut Adab Insan Mulia

KIAM (Konsolidasi Iman Adab Muaddib) adalah program 30 menit untuk saling menguatkan di antara para penggerak dan praktisi pendidikan yang bersepakat bahwa pendidikan harus dijalankan berorientasikan adab. Program ini berjalan setiap Senin malam, pukul 20.00 WIB, dan program ini bersifat TERBUKA dan dapat diikuti oleh para pendidik secara UMUM untuk saling menguatkan di jalan pendidikan berorientasi Adab. Program ini mereferensikan materinya dengan kitab-kitab adab yang telah ditulis oleh para ulama untuk kemudian dikontekstualisasikan pada era digital hari ini.

Pada KIAM#7 ini, tema yang diangkat adalah “Menyempurnakan Kompetensi Muaddib“. Berkata Imam an-Nawawi tentang bagaimana memandang profesi Muaddib/ah. Menurut beliau:

  1. Hukum menjadi Muaddib/ah adalah fardhu ‘ain, dan menjadi fardhu kifayah jika kondisi semakin baik, dalam pengertian sudah cukup banyak Muslim yang menjalankan peran sebagai Muaddib/ah secara formal;
  2. Makruh menolak undangan untuk menjadi Muaddib/ah pada saat kondisi semakin baik, artinya, menerima undangan tetap jauh lebih baik dan utama.

Oleh karena itu, jadilah Muaddib yang penuh semangat, selain karena Muaddib adalah posisi yang sangat mulia, juga karena semangat seorang Muaddib akan menular kepada semangat murid. Baik dalam jangka pendek (harian) maupun dalam jangka panjang. Di antara poin-poin yang disampaikan Imam an-Nawawi kepada para Muaddib adalah, sbb.:

  1. Utamakanlah amal mendidik daripada amal duniawi lainnya
  2. Tidak kenal lelah dalam memahamkan materi tematik ke dalam akal dan jiwa murid
  3. Tidak kenal lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis murid
  4. Memotivasi murid dalam muraja’ah hafalan
  5. Memuji murid yang mencapai target pengadaban dengan tidak menjadikannya sampai ujub
  6. Menegur murid yang tidak bersungguh-sungguh mencapai target dengan tidak sampai membuatnya patah semangat, hasad terhadap yang lebih pandai, atau iri;
  7. Mendahulukan urutan murid sesuai kehadiran yang lebih dulu kecuali ia ridha didahului;
  8. Selalu menunjukkan wajah yang penuh keceriaan dan senyuman;
  9. Peduli dengan keadaan murid;
  10. Membuat seisi kelas merindukan kabar dari sahabatnya yang tidak hadir di saat itu

Selanjutnya, sebaik-baik motivasi untuk Menjadi Muaddib Penuh Semangat adalah Al-Qur’an al-Karim. Bagilah di pekan ini, setiap hari sebuah ayat motivasi dari Qur’an untuk menjadikan murid yang memiliki semangat menjadi Muaddib/ah di kemudian hari dan memuliakan siapapun yang berprofesi sebagai Muaddib/ah. Di antara ayat yang dapat disampaikan dengan penjelasan, adalah:

  1. Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 31
  2. Q.S. Ali ‘Imran [3] ayat 79
  3. Q.S. Al-Isra’ [17] ayat 85
  4. Q.S. An-Naml [27] ayat 16
  5. Q.S. Fathir [35] ayat 28

Hari Pertama: Al-Baqarah [2] ayat 31

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣١

2.31 Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”

Hari Kedua: Ali ‘Imran [3] ayat 79

كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ ٧٩

3.79 “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!”

Hari Ketiga: Al-Isra’ [17] ayat 85

وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥

17.85 …. sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.”

Hari Keempat: An-Naml [27] ayat 16

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ ١٦

Sulaiman telah mewarisi Daud 545) dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”

545) Nabi Sulaiman a.s. menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengetahuan dan kitab Zabur yang diturunkan kepadanya.

Hari Kelima: Fathir [35] ayat 28

 اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ

Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.635) Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.

635) Yang dimaksud dengan para ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang syariat serta fenomena alam dan sosial yang menghasilkan rasa takut disertai pengagungan kepada Allah Swt.

Semoga Allah SWT memudahkan seluruh Muaddib/ah dalam merawat semangat sebagai Muaddib yang tidak pernah kenal lelah membagi kenikmatan Iman, Adab, Ilmu dan Amal kepada murid dengan penuh cinta dan mujahadah.

Begitupula seluruh curhatan yang telah dishare dalam KIAM malam hari ini tentunya adalah realitas yang harus kita hadapi dan kita ubah melalui pendidikan berbasis adab yang membangun ekosistem pendidikan yang holistik. Berikut ini beberapa curhatan yang masuk dan telah dijawab langsung.

  • Ustadz bagaimana menyikapi tuntutan capaian pembelajaran sedangkan ada murid yang kurang paham maka akan tertinggal dengan temannya, apakah kita perlu bimbingan khusus seperti itu?
  • Bagaimana kita menyikapi tentang fenomena guru honor sekarang, yg mengabdi untuk murid untuk sekolah tetapi tidak dimuliakan dalam hal finansial. dan bagamana pandangan islam tentang cara memuliakanya?

Perasaan-perasaan Muaddib/ah yang dishare malam ini pun semoga menjadi energi bagi sesama.

Salam Ta’zhim,

Depok, 24 Oktober 2022, pukul 20.00-20.45 WIB
Dr. Wido Supraha, M.Si.
(Direktur Institut Adab Insan Mulia)

Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button
× Kontak Kami