Hakikat Lembaga Pendidikan Islam | Pendidikan Adab di Lembaga Pendidikan Islam di Era Digitalisasi (4)
Pendidikan Adab di Lembaga Pendidikan Islam di Era Digitalisasi
Lembaga adalah satu wadah berkumpulnya orang-orang dengan kesamaan dalam banyak hal, terutama dalam hal minat (passion), sehingga saling mengorganisir diri untuk membuat satu gerakan bersama-sama dalam satu kepemimpinan yang terpadu dengan menganut nilai-nilai idealisme tertentu dan beradaptasi dengan nilai-nilai yang berkembang dimana lembaga itu berada. Oleh karenanya, dalam sebuah lembaga pendidikan Islam, sudah barang tentu berkumpul di dalamnya orang-orang yang siap berjuang bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan dasar pendidikan dengan nilai-nilai Islami yang disepakati oleh para pihak yang terlibat, seperti orang, Pendidik Tenaga Kependidikan (PTK) dan masyarakat.
Namun begitu, sebuah lembaga apalagi yang bergerak di bidang Pendidikan Islam, sudah seharusnya merancang arah perjalanan organisasinya agar dapat bertahan selama mungkin, agar ide-ide mendasar yang menyatukan para pihak, dapat bertahan selama mungkin karena dipahami dan diperjuangkan oleh para penggeraknya. Itu semua berawal dari Visi. Lembaga yang memiliki visi, tentulah akan memiliki misi untuk mencapai visi ditetapkan. Jika Visi dan Misi telah ada, maka sebuah lembaga pasti akan memiliki target-target capaian baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang yang direalisasikan dalam bentuk program-program yang terukur dan sehingga dapat dievaluasi.
Sebagaimana spirit menegakkan agama (iqamatuddin) agar dapat unggul dibandingkan semua agama atau isme yang ada di dunia ini, maka visi yang dibangun haruslah tinggi dan berorientasi ukhrawi. Lembaga Pendidikan Islam tentulah berfokus pada melahirkan generasi yang Islami agar kelak para keluarannya bergerak membangun peradaban yang Islami. Untuk itu, generasi yang dibangun adalah generasi yang mau dan mampu menghidupkan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara komprehensif dalam hidup dan peri kehidupannya. Generasi ini sering diistilahkan dengan generasi Qur’ani, Rabbani atau Adabi (Beradab).
Lembaga sebagai wujud sebuah organisasi modern, jangan sampai dikembangkan dengan bergantung kepada ketokohan. Umumnya, resiko terbesar sebuah organisasi yang dibangun berbasis ketokohan adalah, bahwa organisasi itu belum tentu tetap berkibar setelah tokohnya wafat. Agar visi dan misi itu tetap hidup selama mungkin, maka ia harus terhujam mendalam dalam jiwa seluruh komponen pendukung sebuah lembaga pendidikan Islam.
Lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pencetak generasi pelanjut perjuangan di muka bumi (khalifatun fil ardhi) yang tugasnya adalah memakmurkan bumi ini dengan segala aneka kebaikan dan mencegah bumi ini dari beragam kerusakan. Dengan demikian, lembaga pendidikan Islam sebagai penjaga orientasi bangsa, harus menjaga dirinya agar menjadi institusi yang paling berwibawa di muka bumi ini. Dengan kata lain, siapapun yang membutuhkan energi baru, motivasi kehidupan, nasihat dan masukan konstruktif, dapat diperoleh dengan mendatangi lembaga pendidikan Islam.
Membangun kewibawaan sebuah lembaga pendidikan Islam sangat ditentukan dengan kemandiriannya dalam berpikir, bergerak dan bersikap. Penyelenggaranya selalu menggantungkan diri hanya kepada Allah, sebelum kepada manusia dengan berbagai motifnya. Mereka bukanlah menolak bantuan, namun juga tidak merasa perlu untuk menerima prasyarat dalam menerima bantuan jika diharuskan menurunkan standar lembaga mereka.
Kemandirian sebuah lembaga pendidikan akan tercipta dengan dukungan para pihak yang tersadar untuk sama-sama terlibat dalam perjuangan di bidang pendidikan. Kemandirian ini juga bisa dilakukan dengan mengelola sumber-sumber ekonomi baru seperti wakaf produktif, investasi, donasi, dan perdagangan, di luar dari sumber-sumber standar seperti syahriyah dari wali murid.
Kewibawaan sebuah lembaga pendidikan Islam juga akan terwujud jika seluruh komponennya dibiasakan menegakkan SOP (Standar Operasi Prosedur) dan mencapai target Indikator Mutu. Keikhlasan dan keihsanan seluruh komponen akan mendorong para pihak bahagia dalam kedisiplinan. Hal ini karena mereka berharap mendapatkan akreditasi dari Allah SWT, bukan sekedar dari manusia.
Depok, 22 Agustus 2022
Dr. Wido Supraha, M.Si. | Direktur Institut Adab Insan Mulia
IKHTISAR
- Lembaga yang memiliki Visi membangun Generasi yang menghidupkan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara utuh dan komprehensif dalam kehidupannya. Sering diistilahkan dengan: Generasi Qur’ani, Generasi Rabbani, Generasi Beradab.
- Lembaga yang membangun sistem (bukan ketokohan) dengan desain bertahan lebih dari seabad lamanya
- Lembaga yang meyakini bahwa institusi paling berwibawa di muka bumi adalah lembaga pendidikan Islam
- Lembaga yang membangun kemandirian dalam ilmu dan ekonomi berbasis wakaf produktif, dan tidak terlalu bergantung dengan para pihak
- Lembaga yang disiplin menegakkan Standar Operasi dan Indikator Mutu berorientasi mendapatkan akreditasi dari Allah SWT semata, bukan sekedar akreditasi manusia
Institut Adab Insan Mulia
▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB
? Admin: wa.me/6287726541098