KIAM#1: Ikhlaskan Niatmu Wahai Muaddib
Konsolidasi Iman Adab Muaddib
KIAM (Konsolidasi Iman Adab Muaddib) adalah program 30 menit untuk saling menguatkan di antara para penggerak dan praktisi pendidikan yang bersepakat bahwa pendidikan harus dijalankan berorientasikan adab. Program ini berjalan setiap Senin malam, pukul 20.00 WIB, dan program ini bersifat TERBUKA dan dapat diikuti oleh para pendidik secara UMUM untuk saling menguatkan di jalan pendidikan berorientasi Adab. Program ini mereferensikan materinya dengan kitab-kitab adab yang telah ditulis oleh para ulama untuk kemudian dikontekstualisasikan pada era digital hari ini.
Kitab pertama yang dijadikan referensi adalah At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an al-Karim yang ditulis oleh Imam an-Nawawi (1233-1277 M) rahimahullahu Ta’ala. Menurut beliau, inti penulisan dari karya beliau ada pada bab 4, 5 dan 6. Pada bab ke-4 ini, beliau mengawali dengan pembahasan Adab Muaddib.
Seorang Muaddib hendaknya meneguhkan jiwanya tentang mengapa ia terjun ke dalam dunia pendidikan, dan kenapa ia mendedikasikan dirinya sebagai seorang Muaddib. Teguhkanlah pada dirinya, bahwa: “Aku menjadi Muaddib/ah untuk tujuan:
- Mencari ridha Allah SWT
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Mengharapkan balasan terbaik di Jannah
Keikhlasan yang dibangun dalam jiwa Muaddib, bermakna bahwa:
- Niat Muaddib hanya untuk Allah SWT
- Aktifitas dan semangat Muaddib tidak terpengaruh dengan reaksi makhluk
- Kualitas amaliyah Muaddib tetap sama antara dilihat atau tersembunyi
Penjelasan dari 3 (tiga) makna di atas sebagaimana dikutip oleh an-Nawawi dari beberapa ulama, seperti:
- Al-Qusyairi (986-1074 M): Tidak berpura-pura kepada makhluk dan tidak mengharapkan pujian dan kecintaan manusia kecuali hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bersih dari kepentingan makhluk, di kala sepi maupun ramai.
- Huzaifah al-Mar’asyi: Selarasnya antara lahir dan batin
- Dzun Nun al-Mishri (796-859 M): Tidak terpengaruh pujian atau celaan, melupakan amal di masa lalu, hanya mengharapkan pahala di Akhirat
- Al-Fudhail bin ‘Iyadh (w. 803 M): Berada di antara riya (meninggalkan amal karena khawatir dilihat manusia) dan syirk (melakukan amal karena manusia)
- Sahl at-Tusturi: Amalnya tidak karena nafsu, keinginan dan kesenangan mendapatan dunia
- Al-Harits al-Muhasibi: Tidak ingin sekecil apapun kebaikannya diketahui orang lain, dan legowo jika keburukannya diketahui orang lain
Oleh karenanya, nikmatilah hidup dalam semangat keikhlasan ini. Mendidik sejatinya sekedar membagi kenikmatan dalam keikhlasan ini ke dalam jiwa murid. Setiap hari, jangan lupa sampaikan 1 (satu) ayat motivasi dari sebaik-baik sumber motivasi yaitu Al-Qur’an Al-Karim. Sampaikan ayat ini dengan penuh penghayatan dan pemaknaan, sehingga terkenang dalam jiwa murid, kenangan yang memenuhi motivasi perjalanan hidupnya kelak.
Hari Pertama: QS. Al-A’raf [7] ayat 29
قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِالْقِسْطِۗ وَاَقِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۗ كَمَا بَدَاَكُمْ تَعُوْدُوْنَۗ ٢٩
7.29. Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap salat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.
Hari Kedua: QS. [40] ayat 14
فَادْعُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ ١٤
40.14. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).
Hari Ketiga: QS. Ghafir [40] ayat 65
هُوَ الْحَيُّ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ۗ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٦٥
40.65. Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.
Hari Keempat: QS. Al-Insan [76] ayat 8-12
وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا ٨ اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا ٩ اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا ١٠ فَوَقٰىهُمُ اللّٰهُ شَرَّ ذٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقّٰىهُمْ نَضْرَةً وَّسُرُوْرًاۚ ١١ وَجَزٰىهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَّحَرِيْرًاۙ ١٢
- Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan,
- (sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.
- Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.”
- Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan.
- Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera.
Hari Kelima: QS. Al-Bayyinah [98] ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ
وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥7.29. Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap salat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula.
Semoga Allah SWT memudahkan seluruh Muaddib/ah dalam membangun dan merawat keikhlasan dalam jiwa mereka, karena keikhlasan seorang Muaddib/ah pembuka pintu rahmat Allah atas ikhlasnya jiwa murid-murid kita.
Depok, 15 Agustus 2022, pukul 20.00-20.30 WIB
Dr. Wido Supraha, M.Si.
(Direktur Institut Adab Insan Mulia)
Institut Adab Insan Mulia
▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB
Admin: wa.me/6287726541098