Kuliah Ramadhan 01: Sempurnakan Imanmu, Tingkatkan Takwamu
Ramadhan dan Pendidikan Adab
Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si. (Direktur Institut Adab Insan Mulia)
“Wahai orang yang telah beriman atau cemburu tidak dimasukkan ke dalam barisan orang-orang beriman, kerjakanlah puasa, agar level ketakwaanmu semakin meningkat menuju sebenar-benar takwa.” Kira-kira demikianlah salah satu narasi yang dapat dibaca mengawali serangkaian ayat-ayat terkait puasa Ramadhan pada surat Al-Baqarah [2] ayat 183 hingga 188.
Allah SWT berfirman pada ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Seseorang yang belum beriman, tidak mungkin mau berpayah-payah menahan diri dari makan dan minum di siang hari selama sebulan penuh. Siapapun yang tidak mengenal Allah, bagaimana mungkin dapat diharapkan mencintai-Nya. Dia tidak punya alasan utama mengapa harus melakukan kewajiban yang pasti akan terasa berat baginya.
Seruan untuk melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan selama sebulan penuh, sejatinya adalah seruan khusus untuk orang-orang yang beriman. Hal ini karena tidak semua manusia memiliki iman. Sangat wajar jika banyak manusia yang enggan berpuasa, pada hakikatnya, karena mereka belum mengenal Allah. Dengan sebab kecintaan yang mendalam kepada Allah sajalah yang membuat seseorang selalu membutuhkan Allah dan pada akhirnya selalu ingin mengekspresikan cintanya kepada Allah.
Seseorang disebut beriman ketika jiwanya bahagia, merasa aman, tenang dan tenteram dengan konsep yang telah dipahaminya, konsep yang membuat dirinya bahagia. Tidak disebut beriman jika ia tidak bahagia. Hanya orang yang telah bahagia sajalah yang siap berlelah-lelah karena ingin mengekspresikan cintanya kepada sesuatu, dalam hal ini Dzat Yang telah dikenalinya, Allah SWT.
Seseorang yang bahagia, tentu ia tidak akan melakukan sesuatu dengan asal-asalan, sekedar memenuhi kewajiban, tanpa penghayatan apalagi pemaknaan. Sebaliknya, ia tidak merasa cukup dengan standar yang biasa, bahkan ia merindukan standar yang luar biasa, standar yang tidak dilakukan oleh orang biasa. Takwa yang tidak biasa, melainkan sebenar-benar takwa. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali ‘Imran [3] ayat 102:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Di dalam Al-Qur’an, selain terdapat seruan Allah yang diperuntukkan kepada seluruh manusia tanpa mengenal sekat-sekat (agama, suku, ras, adat istiadat), juga terdapat seruan-Nya yang secara khusus diperuntukkan hanya untuk orang-orang beriman. Terdapat 20x terulang seruan Allah kepada seluruh manusia, dan 89x terulang seruan Allah khusus kepada orang-orang beriman. Sifat Rahman-Nya Allah SWT adalah untuk seluruh manusia bahkan semesta alam, tapi sifat Rahim-Nya hanyalah diberikan kelak kepada orang-orang yang beriman.
Ketika Allah SWT memanggil hamba-Nya yang telah beriman, tentu ada arahan (taujih) yang akan diberikan-Nya, bukan sekedar panggilan kosong tanpa tujuan. Siapapun yang mengaku beriman, tentu akan terpanggil untuk mengetahui apa isi seruan-Nya. Bahkan, karakter orang-orang beriman selalu siap sedia untuk mendengar dan untuk segera ta’at (sami’na wa atha’na) atas apapun perintah yang datang dari Allah.
Siapapun bisa saja mengaku beriman kepada Allah SWT. Namun, jika keimanan itu tidak memiliki ukuran, maka akan ada sekian banyak mukmin yang beriman sekedar pengakuan lisan semata. Di sisi lain, akan ada banyak mukmin pula yang mewujudkan keimanannya dengan ragam cara sesuai perasaan jiwanya, bukan karena ilmu. Padahal iman mencakup penetapan dalam jiwa, pernyataan dengan lisan, dan pengamalan dalam bentuk perbuatan.
Iman dengan demikian membutuhkan ukurannya, sehingga dapat dievaluasi bersama. Tentu untuk mengukurnya juga tidak bisa sembarangan dan sesuai perasaan manusia. Terulangnya 89x seruan kepada orang-orang beriman, tentu menjadi salah satu referensi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Ke-89 seruang tersebut secara detail, sebagai berikut:
No. | Ayat | Program | Cek List |
---|---|---|---|
1 | 2:104 | Berkata penuh adab | |
2 | 2:153 | Membiasakan sabar dan shalat | |
3 | 2:172 | Memakan makanan yang thayyib dan selalu bersyukur | |
4 | 2:178 | Tegakkan qishash | |
5 | 2:183 | Berpuasa di bulan Ramadhan | |
6 | 2:208 | Menjadi muslim kaffah dan tidak menuruti syaithan | |
7 | 2:254 | Jihad harta | |
8 | 2:264 | Jangan mengangkat kebaikan di masa lalu, lupakanlah | |
9 | 2:267 | Berinfak di jalan Allah | |
10 | 2:278 | Bertakwa dan meninggalkan riba | |
11 | 2:282 | Menuliskan akad muamalah non-tunai | |
12 | 3:100 | Berpikir agar tidak menikmati kekufuran | |
13 | 3:102 | Kejar sebenar-benar takwa dan wafat sebagai Muslim | |
14 | 3:118 | Jangan jadikan teman kepercayaanmu dari Yahudi | |
15 | 3:130 | Tinggalkan riba dan raih keberuntungan dengan takwa | |
16 | 3:149 | Jangan terlalu dekat dengan orang-orang kafir | |
17 | 3:156 | Semangat berkorban dan tinggalkan teruslah berjihad | |
18 | 3:200 | Jangan batasi kesabaranmu dalam perjuangan | |
19 | 4:19 | Pergauli istri dengan baik dan tegakkan adab kepadanya | |
20 | 4:29 | Biasakan berdagang | |
21 | 4:43 | Persiapkan lahir dan batinmu setiap kali akan shalat | |
22 | 4:59 | Ta’atilah Allah, Rasul-Nya dan Ulil Amri (Penguasa dan Ulama) | |
23 | 4:71 | Selalu siap siaga dalam berjihad dalam barisan jama’ah | |
24 | 4:94 | Berhati-hati dalam memutuskan di medan jihad | |
25 | 4:135 | Tegakkanlah keadilan dan jangan turuti hawa nafsu | |
26 | 4:136 | Tegakkan rukun iman | |
27 | 4:144 | Jangan mengambil orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang beriman | |
28 | 5:1 | Penuhi setiap akad yang telah disepakati | |
29 | 5:2 | Jangan melanggar syi’ar agama Allah, muliakan bulan Haram, jangan mengganggu binatang, jangan mengganggu siapapun yang akan beribadah ke Baitullah, jangan berbuat zhalim, dan saling ta’awun | |
30 | 5:6 | Berwudhu sebelum shalat dan sempurnakan wudhu | |
31 | 5:8 | Tegakkan kebenaran dan keadilan dan jadilah saksi yang adil | |
32 | 5:11 | Selalu mensyukuri seluruh nikmat Allah SWT | |
33 | 5:35 | Dekatkan selalu dirimu kepada Allah dan cintailah jihad | |
34 | 5:51 | Jangan memilih pemimpin dari kalangan Yahudi dan Nashrani | |
35 | 5:53 | Penuhilah sumpahmu atas nama Allah | |
36 | 5:57 | Jangan memilih pemimpin yang menjadikan agama sebagai permainan dan bahan ejekan | |
37 | 5:87 | Jangan mengharamkan makanan yang halal | |
38 | 5:90 | Jangan meminum khamr, berjudi, syirik dan mengundi nasib | |
39 | 5:94 | Waspadailah ujiaan saat telah berihram agar ‘umrahmu sempurna | |
40 | 5:95 | Tegakkan adab dalam berihram | |
41 | 5:101 | Jangan bertanya kepada Rasulullah SAW sesuatu yang akan membuatmu sulit dalam beragama | |
42 | 5:105 | Jagalah dirimu dalam hidayah | |
43 | 5:106 | Berwasiatlah sebelum wafat jika dibutuhkan, disaksikan oleh 2 orang saksi yang adil | |
44 | 8:15 | Jangan lari dari medan jihad | |
45 | 8:20 | Jangan menyelisihi keta’atanmu kepada Allah dan Rasul-Nya | |
46 | 8:24 | Sambutlah seluruh seruan Allah dan Rasul-Nya, karena akan membuat hidupmu semakin bergairah | |
47 | 8:27 | Jangan mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan amanah | |
48 | 8:29 | Bertakwalah agar engkau memiliki Furqan, terhapusnya kesalahan dan diampuninya dosa | |
49 | 8:45 | Kuatkan jiwamu dalam jihad dengan banyak berdzikir | |
50 | 9:23 | Jangan menjadikan wali dari kalangan orang-orang kafir, meski ia adalah Ayah dan saudaramu sendiri | |
51 | 9:28 | Bersihkan tanah haram dari orang-orang musyrik dengan segala konsekuensinya | |
52 | 9:34 | Jangan memakan harta manusia dengan cara yang batil, dan keluarkanlah infakmu dari harta yang engkau simpan | |
53 | 9:38 | Bersegeralah dan berbahagialah menyambut seruan jihad | |
54 | 9:119 | Berkumpullah selalu bersama orang-orang yang jujur dan membenarkan Allah SWT | |
55 | 9:123 | Perangi seluruh musuh Allah di medan jihad dan gentarkan jiwa mereka | |
56 | 22:77 | Kerjakan shalat dan banyak berbuat baik | |
57 | 24:21 | Jangan mengikuti langkah-langkah syaithan | |
58 | 24:27 | Tegakkan adab bertamu ketika berkunjung ke rumah seseorang | |
59 | 24:58 | Ajarkan anak-anakmu adab memasuki kamar tidurmu, khususnya di 3 (tiga) waktu: sebelum Subuh, Qailulah, dan setelah ‘Isya | |
60 | 33:9 | Selalu bersyukur dengan seluruh nikmat yang telah dan akan Allah berikan saat di medan Jihad | |
61 | 33:41 | Berdzikirlah sebanyak-banyaknya setiap hari | |
62 | 33:49 | Tegakkanlah adab perceraian yang sempurna, termasuk memberikan mut’ah | |
63 | 33:53 | Penuhilah undangan makan dan jangan berlama-lama di rumahnya | |
64 | 33:56 | Selalu bershalawat kepada Rasulullah SAW | |
65 | 33:69 | Jangan menyakiti hati Nabi SAW | |
66 | 33:70 | Selalu berkata benar dalam kehidupan | |
67 | 47:7 | Istiqamah menolong agama Allah | |
68 | 47:33 | Ta’ati Allah dan Rasul-nya, dan rawatlah pahala dari amalmu | |
69 | 49:1 | Jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya | |
70 | 49:2 | Jagalah intonasi suaramu di hadapan manusia, terutama guru dan orang yang lebih tua | |
71 | 49:6 | Selalu tabayyun dan teliti informasi sebelum bertindak agar tidak menyesal di kemudian hari | |
72 | 49:11 | Tidak saling mengolok, mencela orang lain, dan memanggil dengan panggilan (laqab) buruk | |
73 | 49:12 | Tidak berprasangka buruk, mencari-cari keburukan dan kesalahan, dan tidak senang membicarakan aib orang lain | |
74 | 57:28 | Bertakwa kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya | |
75 | 58:9 | Jangan saling berbisik yang mengandung dosa, permusuhan dan kedurhakaan, kecuali berbisik untuk saling berbuat kebaikan dan ketakwaan | |
76 | 58:11 | Saling berlapang-lapanglah dalam majelis ilmu untuk meraih keberkahan | |
77 | 58:12 | Biasakan bersedekah sebelum berbicara dengan Rasulullah SAW | |
78 | 59:18 | Persiapkan bekalmu untuk masa depanmu di Hari Akhir | |
79 | 60:1 | Jangan berkhianat saat berjihad dengan menyampaikan informasi rahasia kepada orang-orang yang engkau kasihi dari kalangan musuh | |
80 | 60:10 | Dibolehkan bagimu menguji ketakwaan seseorang yang datang kepadamu meminta perlindungan | |
81 | 60:13 | Jangan meminta pertolongan kepada musuh Allah | |
82 | 61:2 | Jangan mengatakan apa yang tidak engkau kerjakan | |
83 | 61:10-11 | Kejarlah perniagaan yang menyelamatkanmu di Akhirat dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu | |
84 | 61:14 | Jadilah selalu penolong agama Allah | |
85 | 62:9 | Kerjakan selalu Shalat Jum’at | |
86 | 63:9 | Jagalah harta dan anak-anakmu agar tidak melalaikanmu dari mengingat Allah | |
87 | 64:14 | Waspadailah kedurhakaan yang datang dari istri atau anak-anakmu, sikapilah dengan memafkan dan memperbaiki kedurhakaannya | |
88 | 66:6 | Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka dengan selalu menegakkan adab dan mengajarkannya ilmu | |
89 | 66:8 | Bertaubatlah dengan taubatan nashuha atas dosa-dosamu di masa lalu, dan berkomitmenlah untuk berusaha menjadi yang terbaik |
Jika mukmin mengetahui ke-89 seruan tersebut, maka ia dapat melakukan evaluasi diri, seberapa banyak darinya yang telah dilakukannya. Katakan, jika seseorang ternyata baru melaksanakan 45 perintah, maka ia bisa menyebutkan bahwa kadar keimanannya baru 45/89 persen, sehingga sisa umurnya seharusnya dapat dioptimalkan untuk melaksanakan sisanya sembari tetap merawat capaian yang telah dilakukan. Pada saat itu, mukmin tersebut akan hidup dalam produktifitas amal dan program kehidupan yang terarah menuju kesempurnaan iman bahkan Islam-nya. Motivasi ini secara jelas disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah [2] ayat 208:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu.
Iman pada hakikatnya bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Bertambah dengan kesabaran dalam keta’atan demi keta’atan, berkurang dengan terjatuhnya dalam kemaksiatan demi kemaksiatan. Mengamalkan program keimanan sesuai bimbingan Al-Qur’an di atas tentu akan membantu meningkatkan keimanan, bahkan memperbaharui keimanan.
Setiap hari, sejatinya manusia pun memperbaharui imannya melalui pengulangan syahadatain. Minimal 9x terulang pelafalannya dalam sehari saat tasyahhud dalam shalat fardhu. Kalimat yang bukan lagi mengembalikan seseorang kepada jalan keimanan, namun tentunya sudah pada tahap memperbaharuinya saat mengucapkannya dengan penuh pemaknaan yang mendalam.
Semoga Allah SWT sentiasa menjaga iman dan takwa, memperbaharui iman dan peningkatan takwa.
Institut Adab Insan Mulia
▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB
Admin: wa.me/6287726541098