Ramadhan dan Pendidikan AdabTa'dib

Kuliah Ramadhan 02: Kewajibanmu Adalah Ekspresi Cintamu

Ramadhan dan Pendidikan Adab

Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si. (Direktur Institut Adab Insan Mulia)

Kata ‘kutiba‘ dalam perintah berpuasa Ramadhan di Surat Al-Baqarah [2] ayat 183 sebenarnya secara harfiah bermakna ‘telah dituliskan’. Diterjemahkan menjadi ‘telah diwajibkan’ atau ‘furidha‘ karena kewajibannya telah dituliskan sejak di Lauh Mahfuzh. Sesiapapun yang mencintai Allah, pasti ingin mengekspresikan cintanya kepada Allah. Pada akhirnya, sebuah kewajiban jika direnungkan secara mendalam akan berubah pemaknaannya menjadi kebutuhan.

Di dunia ini, banyak manusia yang rela mendaki bukit dan menyeberangi lautan untuk mendapatkan cinta makhluk. Banyak manusia yang bahagia berkeringat dan bersusah payah melewati onak dan duri untuk menampakkan kualitas cintanya juga kepada makhluk. Pertanyaan mendasarnya, jika berpuasa di bulan Ramadhan masih terasa berat, seberapa besar sebenarnya kedalaman cinta kepada Sang Khalik Yang Maha Menciptakan?

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 165:

 وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ

Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah.

Dahulu, terdapat 3 (tiga) sahabat Nabi SAW yang begitu mencintai Allah dan sangat ingin mendapatkan cinta-Nya Allah melalui amalan-amalan berat dan di luar kebiasaan. Mereka sangat bahagia ketika berkomitmen tidak akan menikah selama-lamanya atau berpuasa setiap hari atau tidak tidur semalaman untuk tahajjud. Namun, ternyata ekspresi rasa cinta pun di dalam Islam, harus memiliki ukurannya, tidak boleh berlebihan, mengikuti perasaan. Rasulullah SAW bersabda, mengingatkan ketiga sahabat yang berlebihan (ghuluw) dalam beribadah tersebut, sebagaimana riwayat Al-Bukhari no. 5063 dan Muslim no. 1401:

أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللهِ إِنِـّي لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِـّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِـّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِـي فَلَيْسَ مِنِـّي.

Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu ? Demi Allâh , sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allâh dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku pun berbuka, aku shalat dan aku pun tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa tidak menyukai sunnahku, ia tidak termasuk golonganku.

Jika kewajiban telah dimaknai sebagai kebutuhan, akan hadir kebahagiaan dan kenikmatan. Jika tidak, hanya akan hadir kelelahan dan keputusasaan.

Cinta membutuhkan ekspresi, namun tidak sembarang ekspresi. Maka, kejarlah keridhaan Allah dalam setiap ekspresi cinta, agar kelelahan tidak menjadi kesia-siaan.

Di dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat 13x terulang kata ‘kutiba‘, termasuk dalam masalah puasa, qishash, perang dan wasiat. Perkara yang diwajibkan tersebut tentu memberatkan, namun bukankah tidak ada kesuksesan tanpa melewati hal-hal yang sebelumnya terasa berat.

Jika perang menghadapi musuh selain dirinya, maka puasa menghadapi musuh dari dalam dirinya. Jika perang membutuhkan persiapan persenjataan dan fisik, maka puasa pun membutuhkan persiapan ilmu, jiwa, fisik dan harta. Jika perang sangat menguji kesabaran menuju kemenangan, demikian pula puasa sangat dibutuhkan kesabaran agar tidak sekedar mendapatkan lapar dan dahaga semata. Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Ahmad no. 8693 dari Abu Hurairah r.a.:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan dari puasanya rasa lapar dan haus saja, dan berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail hanya mendapatkan dari qiyamullailnya terjaga (begadang) saja.”

Nikmatilah dalam mengamalkan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan ini. Jadikanlah sebagai ekspresi cintamu yang terbaik. Apalagi, tidak ada yang tahu bahwa seseorang benar-benar berpuasa, kecuali dirinya dengan Allah. Ekspresi cinta yang memang tidak membutuhkan pengakuan siapapun kecuali hanya dari Dzat Yang Cinta-Nya sangatlah dibutuhkan.

Perhatikanlah bagaimana dahulu Nabi Dawud a.s. mengekspresikan cintanya kepada Allah SWT dalam do’anya. Rasulullah SAW menceritakan hal tersebut, sebagaimana riwayat at-Tirmidzi No. 3556, Al-Hakim (2:433), dan Ibnu ‘Asakir (5/352/2) dari Abu ad-Darda r.a.:

كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ ! إِنِّي أَسْألُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَالعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ . اللَّهُمَّ ! اِجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِليَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِي ، وَمِنَ المَاءِ البَارِدِ

رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقاَلَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ

“Di antara doa Nabi Daud a.s. adalah ‘ALLAHUMMA INNI AS-ALUKA HUBBAKA, WA HUBBA MAYYUHIBBUKA, WAL ‘AMALA ALLADZI YUBALLIGHUNII HUBBAKA. ALLAHUMMAJ’AL HUBBAKA AHABBA ILAYYA MIN NAFSII WA AHLII WA MINAL MAA-IL BAARID

(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu untuk selalu mencintai-Mu, mencintai orang yang selalu mencintai-Mu, dan amal yang dapat menyampaikanku untuk lebih mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu melebihi cintaku terhadap diriku sendiri, keluarga, dan air yang dingin).”

Semoga Allah SWT memudahkan hamba-Nya dalam mengekspresikan cinta dan keikhlasan hanya kepada Allah SWT dan dimudahkan untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

 

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button