Pelatihan Pengurusan Jenazah Menurut Madzhab Imam Syafi’i
Ahad, 13 Nopember 2016, Yayasan Adab Insan Mulia menyelenggarakan Pelatihan Pengurusan Jenazah berdasarkan Madzhab Imam Syafi’I bertempat di Masjid Syuhada, Perumahan Beji Permai, Tanah Baru, Beji, Depok. Pelatihan ditujukan agar hadir semakin banyak kaum muslimin yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengurus jenazah kaum muslimin dengan konstruksi ilmu yang telah diwariskan Madzhab Syafi’i. Tercatat 115 peserta menghadiri kegiatan pelatihan ini dari berbagai wilayah seperti dari Depok, Jakarta dan Tangerang.
Dalam keynote-speech-nya, Pembina Yayasan Adab Insan Mulia, Dr. Wido Supraha, menyampaikan bagaimana peran madzāhib (madzhab-madzhab) dalam melahirkan metodologi studi Islam. Kehadiran madzhab adalah sesuatu yang luar biasa karena ia hadir di atas penghayatan yang mendalam atas seluruh ajaran Islam sehingga memudahkan bagi para penuntut ilmu dan kalangan awam sekalipun. Dengan demikian bermadzhab bukanlah pangkal perpecahan, namun justeru menguatkan persatuan di atas ilmu dan saling memahami di atas perbedaan hasil dari proses panjang pemikiran para ulama madzhab.
Sebagai pemateri pertama, Abdullah Haidir, Lc., seorang da’i yang cukup lama berdakwah di Saudi Arabia ini menyampaikan secara runut dan sistematis bagaimana Tata Cara Pengurusan Jenazah menurut Madzhab Imam Syafi’i. Keikhlasan adalah awal dari segala sesuatu yang wajib dihadirkan. Beliau menegaskan bahwa pihak keluarga adalah yang paling diprioritaskan dalam seluruh urusan sejak dari memandikan, mengkafani, hingga menyalatkan jenazah.
Pimpinan Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Beji, Depok, Muhammad Yusron Shidqi, Lc., menyampaikan paparannya yang berjudul “Pengurusan Jenazah, Antara Budaya dan Syari’at”. Beliau menjelaskan secara lugas korelasi antara ‘urf dan ‘adat. Bahwa salah satu sifat Syari’at Islam ternyata akomodatif terhadap budaya selama tidak menyalahi prinsip-prinsip syariat, sehingga bisa diterima dalam agama kita. Maka terdapat unsur ‘diperbolehkan’, juga unsur seleksi, sehingga budaya tidak dimaksudkan untuk mengalahkan Sunnah.
Pada sesi terakhir, seorang dokter ahli forensic yang terbiasa memandikan jenazah di Amerika Serikat, dr. Purnomo Sidi, SH., MA., MBA. Beliau mengingatkan pentingnya Standar Operasi untuk menghadirkan sebuah model Pengurusan Jenazah yang tidak saja sesuai syari’at tapi juga memenuhi standar profesionalitas di dunia medis. Ternyata menangani jenazah tanpa memiliki pengetahuan yang mencukupi justru dikhawatirkan akan membahayakan manusia yang masih hidup.
Melihat antusiasme peserta yang ada, Yayasan merencanakan akan melanjutkan pelatihan sejenis dengan membuka Angkatan ke-II, selain bentuk-bentuk pelatihan yang telah disiapkan seperti Pelatihan Manajemen Masjid pada tanggal 27 Nopember 2016. (adabinsanmulia.org)