Pendidikan Berbasis AdabTa'dib

Apakah Persoalan Mendasar Bangsa Indonesia Hari Ini?

Membangun Pendidikan Adab di Lembaga Pendidikan Islam Di Era Digitalisasi

Kemampuan memetakan persoalan mendasar bangsa Indonesia sangat dibutuhkan sebelum melakukan gerakan-gerakan perbaikan di berbagai bidangnya, agar apa yang dilakukan benar-benar berkontribusi mengurangi persoalan bangsa, jika tidak menyelesaikan seluruhnya. Jika diperhatikan secara seksama, akhir-akhir ini persoalan yang secara gamblang terlihat semakin banyak, seperti:

  • Lahirnya UU atau Peraturan Menteri yang mengandung ideologi yang bersifat destruktif namun didukung oleh banyak pengambil keputusan;
  • Tingkat laju impor yang semakin meningkat dibandingkan ekspor;
  • Tantangan membangun persatuan dan kerjasama antar organisasi bahkan sesama internal organisasi;
  • Dan lain-lainnya

Apakah sebenarnya persoalan mendasar bangsa Indonesia hari ini, sehingga menimbulkan lahirnya persoalan-persoalan seperti contoh di atas?

Sekurangnya, kita bisa mulai dengan 3 (tiga) persoalan besar. Setiap persoalan ini akan melahirkan beberapa persoalan turunannya, sebagai berikut:

1. Minim Literasi

Minimnya literasi bangsa yang tidak dibudayakan sejak usia dasar secara serius menyebabkan generasi yang:

  • Mudah mendukung diksi-diksi yang sengaja dikembangkan untuk kepentingan dunia politik, meskipun sebenarnya apa yang dikembangkan tersebut, berseberangan dengan hakikat sebenarnya berbasis ilmu.
    Contoh diksi: radikal, fanatik, humanis, dll.;
  • Mudah percaya informasi yang tidak benar (hoax), malas meneliti tapi paling ramai di media sosial;
  • Membeli buku 50rb terasa lebih mahal dari nongkrong di café yang menghabiskan 100rb, menunjukkan bahwa orientasi perut masih lebih besar daripada orientasi otak

Terjadinya kondisi rendahnya literasi di atas, disebabkan oleh:

  • Kekurangan akses kepada buku bacaan dan buku ajar;
  • Kekurangan waktu untuk membaca;
  • Kekurangan perpustakaan yang nyaman dan lengkap.

2. Lemahnya Jiwa Kepemimpinan

Kelemahan ini mendorong sebagian anak bangsa ini tidak punya ketertarikan mengikuti proses panjang menuju kepemimpinan. Tidak cukup disitu, mereka akhirnya:

  • Tidak memiliki narasi dan cenderung ikut arus. Padahal seharusnya, pemimpin itu berani dan percaya diri untuk membuat arus
  • Tidak mau melakukan perubahan karena sudah merasa nyaman (comfort zone), tapi juga tidak suka dengan perubahan yang dibuat orang lain, karena berpersepsi ‘saya lebih baik dari dia (ana khairun minhu)’.

Akibat dari lemahnya kepemimpinan ini menyebabkan beberapa persoalan mendasar berikutnya, yakni:

    • Tidak memiliki visi dan misi kehidupan, cenderung mengalir seperti air
    • Pintar membuat aturan, tapi mudah melanggar peraturan yang dibuat sendiri
    • Merasa tahu segala hal, tapi malas belajar
    • Mengembangkan like-dislike
    • Sulit meminta maaf dan memberikan apresiasi serta motivasi positif
    • Baper (bawa perasaan) dalam menerima kritikan, dan tidak membuka diri
    • Ingin dilayani, bukan senang melayani

3. Kurangnya Jiwa Kewirausahaan

Kurangnya kemauan sebagian anak bangsa menjadi pemimpin di bidang ekonomi melalui jalur kewirausahaan dapat terlihat dengan fenomena-fenomena berikut ini:

  • Berlomba menjadi buruh, banyak mengeluh, kurang inisiatif, terjebak pada comfort zone
  • Tidak terbiasa berpikir tinggi: analisis, penghayatan, kreatifitas
  • Menjadikan politik, dakwah dan pendidikan sebagai sumber pendapatan kehidupan, sehingga terjadi sikut-sikutan
  • Gerak perjuangan selalu dikalkulasi secara matematis keuntungan individu
  • Bangga dan senang memamerkan kekayaan orang tua
  • Ekspor lebih sedikit daripada impor

Untuk itu, berbagai mitos yang hari ini dikembangkan hendaknya mulai diubah dan diganti dengan persepsi positif. Di antara persepsi dimaksud, adalah:

    • Enterpreneur itu pelaku, bukan pemikir
    • Enterpreneur itu dilahirkan bukan diciptakan
    • Enterpreneur itu penemu hal yang baru
    • Enterpreneur itu sosok yang gagal di dunia akademis dan masyarakat
    • Enterpreneur itu harus berawal dengan modal
    • Enterpreneur itu membutuhkan nasib baik
    • Enterpreneur itu berbuat nekat tanpa analisis yang matang

Ketiga persoalan di atas adalah bagian dari persoalan utama yang dialami banyak kaum muslimin hari ini, yakni the loss of adab. Maka, mulai hari ini, buanglah jauh-jauh segala mitos yang tidak perlu dipercaya, agar kembali bangkit generasi bangsa yang siap menata kembali peradaban baru yang mulia.

Dr. Wido Supraha, M.Si. | Direktur Institut Adab Insan Mulia | supraha@gmail.com

Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button