Islamisasi SainsTa'dib

Prasyarat Individu Dalam Islamisasi

Sekolah Islamisasi Sains | SIS

Islamisasi bukanlah sekedar labelisasi apalagi ayatisasi, melainkan sebuah proses serius yang sampai menyentuh pada pondasi yang paling primer, menyentuh aspek epistemologis. Terlebih ketika ilmu dalam pandangan hidup Islam (Islamic Worldview), tidaklah pernah terpisah dari Tuhan dan bimbingan-Nya. Islamisasi dengan demikian dilakukan dengan usaha penuh untuk membebaskan manusia dari unsur animisme, mitologis, magis, dan lepas dari pengaruh apapun dari budaya liberal dan sekular serta budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islami.

Islamisasi bukanlah sekedar integrasi, karena integrasi adalah bagian dari Islamisasi. Setelah memahami problematika Barat, maka prosesnya diawali dengan melakukan identifikasi pada konsep-konsep kunci asing yang mengandung persoalan secara epistemologis. Selanjutnya, dilakukan lokalisir atas hasil identifikasi dimaksud, dengan tujuan untuk dilihat adakah yang masih bisa diperbaiki sehingga bersesuaian dengan nilai-nilai Islam, ataukah memang harus dilakukan pembuangan (dewesternisasi). Apa-apa yang tidak dibuang kemudian mengalami proses adaptasi dan pemurnian, dengan tujuan untuk disatukan dengan konsepsi Islam yang sudah mapan. Integrasi ada pada titik upaya penyatuan ini. Namun begitu, penyatuan ini belumlah selesai, karena ia harus dikembangkan dengan penanaman nilai dan pengembangannya sesuai dengan nilai Islam dan diaktualisasikan pada perkembangan zaman hari ini. Islamisasi dengan demikian perlu dilakukan oleh manusia yang memiliki kompetensi yang sesuai sehingga tujuan besarnya dapat tercapai. Tanpa hal tersebut, Islamisasi tidak akan mencapai tujuan besarnya dalam kehidupan.

Minimal, prasyarat individu dalam melakukan Islamisasi adalah sebagai berikut:

  1. Memahami persoalan paradigma hari ini
    Ada persoalan pada paradigma Barat yang perlu dipahami secara mendalam dan tentunya akan persoalan atas siapapun yang mengambil paradigma Barat tanpa mengetahui persoalannya. Disinilah pentingnya seseorang berpikir secara radikal (sampai kepada intinya) sehingga apa yang dihasilkan bukanlah sesuatu yang bersifat formalistik, akan tetapi menyentuh pada substansinya.
  2. Memiliki kompetensi Islamic Worldview
    Dalam melakukan proses Islamisasi, tentu terlebih dahulu seseorang itu perlu mengetahui dengan mendalam pandangan hidup Islami dan menguasai konsep-konsep kunci di dalamnya. Tidak cukup sampai di situ, ia pun perlu memahami dan menghayatinya, sehingga ia menikmati proses yang dilakukannya dengan kebahagiaan.
  3. Memahami filsafat dasar seluruh cabang sains
    Sebagaimana Islam adalah ruh dari seluruh cabang sains yang ada, maka memahami filsafat dasar dari seluruh cabang sains yang berkembang hari ini adalah sebuah keniscayaan. Sejatinya, Al-Qur’an mendorong lahirnya ilmu terkait syari’at (Aqidah, Ibadah Ritual, Fiqh Mu’amalah, Akhlak), ilmu sosial (social science) dan ilmu alam (natural science). Dari rumpun besar inilah kemudian diturunkan ragam cabang sains yang berkembang hari ini.
  4. Terbiasa berpikir dan meraih solusi Islami
    Berpikir adalah pekerjaan dasar manusia. Oleh karenanya, 49x di dalam Al-Qur’an, Allah SWT mendorong pembacanya untuk senang berpikir, mengetahui bagaimana cara berpikir dengan benar, bagaimana membuat keputusan yang benar, sehingga selalu bertanggung jawab pada setiap keputusan yang dibuat karena diputuskan dengan keyakinan di atas kebenaran, bukan keraguan.

Berlanjut pada tulisan berikutnya.

Ditulis oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si. (Direktur Institut Adab Insan Mulia | Kepala Pusat Studi Islamisasi Sains Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor)

Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

 

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button