Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
Ta'dibThe Worldview of Islam

1.4. Autentik dan Final (Bukan Produk Budaya)

The Worldview of Islam

Setelah kita membongkar mitos kenetralan dan memahami bahwa setiap cara pandang pasti memihak pada nilai tertentu, kita tiba pada satu pertanyaan kritis: Jika Islam menawarkan cara pandang sendiri, apa jaminannya bahwa cara pandang ini lebih unggul daripada cara pandang Barat atau Timur lainnya? Bukankah Islam juga lahir di Arab pada abad ke-7, sehingga bisa dituduh sebagai “produk budaya Arab” masa lalu?

Di sinilah letak perbedaan fundamental yang sering luput dari perhatian para pengamat luar. Pandangan alam Islam (The Worldview of Islam atau Islamic Worldview) memiliki dua sifat utama yang membedakannya secara total dari pandangan hidup peradaban lain, yaitu: autentik dan final.

Mari kita bahas sifat pertama: autentik. Dalam kajian sosiologi dan antropologi agama di Barat, agama seringkali dipandang sebagai hasil evolusi pemikiran manusia yang bertahap. Pandangan ini tidak muncul di ruang hampa, melainkan dipopulerkan oleh tokoh-tokoh besar pemikiran Barat abad ke-19.

Sebut saja Auguste Comte (1798–1857 M), bapak Sosiologi Modern, yang mengajukan teori “Hukum Tiga Tahap” (Law of Three Stages). Ia mengklaim bahwa pemikiran manusia berevolusi dari tahap kanak-kanak alias “teologis” (percaya Tuhan karena belum paham alam), menuju tahap remaja “metafisik”, dan berakhir di tahap dewasa “positif” (ilmiah) di mana agama dianggap sudah usang dan tidak diperlukan lagi.

Senada dengan itu, antropolog Inggris Edward Burnett Tylor (1832–1917 M) dalam bukunya Primitive Culture (1871 M) berteori bahwa agama bermula dari “animisme” (penyembahan roh) yang lahir dari kebingungan manusia purba membedakan mimpi dan kenyataan. Sosiolog Prancis Emile Durkheim (1858–1917 M) bahkan melangkah lebih jauh dengan menyebut agama hanyalah “fakta sosial”, sebuah proyeksi dari kekuatan masyarakat itu sendiri untuk menjaga persatuan, bukan wahyu dari langit. Dalam kacamata mereka, agama adalah produk budaya yang “tumbuh dari bawah” (bumi), hasil kreasi ketakutan dan harapan manusia primitif terhadap alam.

Islam menolak keras teori evolusi agama ini. Islam bukanlah produk budaya Arab, dan bukan pula sisa-sisa ketakutan manusia purba. Ia tidak “tumbuh” dari hasil renungan masyarakat Quraisy, melainkan “turun” dari langit (wahyu). Islam adalah agama yang dibawa oleh para Nabi sejak manusia pertama, Nabi Adam a.s. Jadi, tauhid (mengesakan Tuhan) adalah ajaran orisinal manusia sejak awal, bukan hasil evolusi akhir. Justru penyembahan berhala, animisme, dan dewa-dewa itulah yang merupakan penyimpangan atau “polusi budaya” yang muncul belakangan akibat manusia melupakan ajaran nabi terdahulu.

Kesatuan ajaran ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun rasul yang diutus kecuali membawa pesan tauhid yang sama. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya [21] ayat 25: “Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku.”

Oleh karena itu, pandangan alam Islam bersifat autentik karena sumbernya bukan spekulasi akal manusia yang terbatas, melainkan dari Allah SWT yang Maha Mengetahui. Syed Muhammad Naquib al-Attas (lahir 1931 M) menegaskan bahwa Islam tidak membutuhkan proses “pendewasaan” sejarah untuk menjadi sempurna. Berbeda dengan pandangan hidup Barat yang selalu merasa “belum selesai” dan terus mencari bentuk baru (dari Modernisme ke Postmodernisme), Islam sudah matang sejak kelahirannya.

Ini membawa kita pada sifat kedua: final. Kapan terakhir kali kita meng-update aplikasi di ponsel kita? Kita melakukan update karena versi lama dianggap memiliki kekurangan (bug) atau sudah ketinggalan zaman. Pola pikir “update” ini sangat melekat pada manusia modern. Mereka menganggap segala yang “baru” pasti lebih baik dari yang “lama”. Akibatnya, mereka juga ingin melakukan “update” terhadap agama agar sesuai dengan selera zaman.

Namun, Islam mendeklarasikan dirinya sebagai agama yang sudah final dan sempurna. Kesempurnaan ini bukan klaim sepihak manusia, melainkan proklamasi langsung dari Tuhan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ma’idah [5] ayat 3: “…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…

Ayat ini turun di penghujung masa kenabian Rasulullah SAW sebagai stempel bahwa bangunan agama ini sudah selesai. Tidak ada satu bata pun yang perlu ditambah, dan tidak ada satu fondasi pun yang boleh dikurangi. Apa implikasi dari sifat “final” ini bagi cara pandang kita?

Implikasinya sangat besar. Artinya, pandangan alam Islam tentang hakikat Tuhan, hakikat manusia, hakikat kebahagiaan, dan prinsip moral adalah kebenaran yang tetap (immutable). Kita tidak perlu merevisi definisi “Tuhan” di abad ke-21 hanya karena sains modern menemukan galaksi baru. Kita tidak perlu mengubah definisi “zina” hanya karena budaya pop menganggap hubungan bebas itu wajar.

Bagi pemikiran sekuler yang terbiasa dengan relativisme, sifat final ini sering dituduh sebagai “kaku”, “dogmatis”, atau “anti-kemajuan”. Tuduhan ini muncul karena mereka gagal membedakan antara prinsip dan alat. Islam final dalam hal prinsip pandangan alam (worldview), namun sangat terbuka dan dinamis dalam hal alat dan sarana duniawi. Kita boleh (bahkan dianjurkan) menggunakan teknologi terbaru, metode manajemen terkini, atau sistem tata kota modern, selama semua alat itu digunakan di atas fondasi nilai yang final tadi.

Kekacauan terjadi ketika umat Islam merasa minder dan ingin melakukan “modernisasi” bukan pada alatnya, tapi pada akidahnya. Mereka ingin mengubah pandangan alam Islam agar mirip dengan pandangan alam Barat, dengan dalih “kontekstualisasi”. Padahal, menurut Al-Attas, apa yang disebut sebagai “modern” oleh Barat sering kali hanyalah bungkus bagi ideologi sekuler yang memisahkan manusia dari Tuhan. Lagipula, modern hari ini, akan segera menjadi ancient esok hari.

Justru di tengah dunia yang serba tidak pasti dan berubah-ubah ini, sifat final Islam adalah sebuah anugerah. Ia memberikan kepastian (certainty) dan ketenangan jiwa. Bayangkan betapa lelahnya jiwa manusia jika setiap pagi ia harus mendefinisikan ulang apa itu “baik” dan “buruk” mengikuti tren media sosial. Islam memberikan jangkar yang kuat sehingga kapal kehidupan kita tidak terombang-ambing oleh ombak perubahan zaman.

Sifat autentik dan final inilah yang membuat pandangan alam Islam memiliki otoritas mutlak. Ia bukan sekadar “alternatif” cara pandang, melainkan satu-satunya cara pandang yang sesuai dengan fitrah penciptaan alam semesta. Maka, tugas intelektual kita hari ini bukanlah menciptakan Islam yang baru, melainkan menemukan kembali (rediscovering) kejernihan pandangan alam yang asli tersebut yang mungkin telah tertutup debu-debu pemikiran asing di benak kita.

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat al-Bukhari no. 7280: “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.”

Hadits ini menegaskan bahwa resep keselamatan itu sudah tersedia lengkap. Kita tidak perlu mengimpor bahan baku pandangan hidup dari filsafat Yunani, ideologi Jerman, atau sosiologi Prancis untuk menjadi manusia yang beradab. Kita hanya perlu kembali menggali harta karun autentik yang telah diwariskan secara estafet oleh para ulama pewaris nabi.

@supraha | t.me/supraha

▫️ UWS Community: https://chat.whatsapp.com/Kgg2jHyTxsP5rkDg1KsqlI
▫️ Channel Wido Supraha: https://chat.whatsapp.com/I5EYNEUrJGiAoj7nv38Mjb
▫️ Diskusi Materi: https://chat.whatsapp.com/BDB76cPkRID7ZE3I2RGFns
▫️ Kelas Tadabbur: https://chat.whatsapp.com/KT7YRzgBXCA7SDQaYaWFpl
▫️ Tadabbur 6236 ayat: https://chat.whatsapp.com/I5B5E635tbp2f9DoUV3SaL


Institut Adab Insan Mulia

▫️ Web: AdabInsanMulia.org
▫️ Telegram: t.me/sekolahadab
▫️ FB: facebook.com/adabinsanmulia
▫️ IG: instagram.com/adabinsanmulia
▫️ Twitter: twitter.com/adabinsanmulia
▫️ YouTube: www.youtube.com/AdabTVOnline
▫️ WA: https://chat.whatsapp.com/LELTACMjFab7bZm5igQoCB

Admin: wa.me/6287726541098

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button