Metodologi Studi Islam

Metodologi Studi Islam 01 | Kembali Kepada Ulama

Metodologi Studi Islam

  • Ilmu adalah milik Allah SWT dan diperoleh melalui proses pembelajaran (ta’allum)
  • Allah SWT menurunkan sebagian kecil ilmu-Nya dalam 2 (dua) bentuk yakni: 1) Alam semesta (ayat-ayat kauniyah) melalui tafakkur dan Al-Qur’an (ayat-ayat qauliyah) melalui tadabbur
  • Turunnya ilmu dari Allah SWT adalah dengan kehendak-Nya sedalam keikhlasan niat dan kebagusan adab

  • Kesempurnaan terinternalisasinya ilmu ke dalam jiwa manusia dapat diraih hanya jika mengikuti dan meneladani Rasulullah SAW
  • Ilmu dengan demikian menjadi peninggalan paling utama dari Rasulullah SAW yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
  • Rasulullah SAW tidak hanya meninggalkan warisan ilmu, namun juga meninggalkan bimbingan berupa metodologi untuk kembali kepada warisan ilmu tersebut
  • Allah SWT dan Rasul-Nya membimbing manusia untuk mengambil warisan ilmu itu dari para ulama, agar mendapatkan porsi warisan yang besar.
  • Mengambil warisan Nabi dengan meninggalkan ulama sama saja memposisikan diri seakan berkapasitas seperti ulama
  • Meninggalkan ulama akan mendorong manusia akan menggunakan cara manual berupa kembali langsung kepada teks dengan metodologi sendiri yang dianggap setiap individu paling benar, dan metode seperti ini, selain berpotensi salah dan menjadikan umur yang tidak efektif, juga hanya akan mendapatkan bagian yang sedikit (kecil) dari warisan Nabi SAW
  • Realitasnya ternyata yang disebut ulama sangat banyak sekali, terlebih jika dihitung sejak masa Rasulullah SAW hingga masa hari ini, maka dibutuhkan urutan prioritas kepada siapa ulama yang paling dahulu diikuti
  • Menurut Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik generasi adalah pada kurun di masa beliau, kemudian kurun setelahnya, kemudian kurun setelahnya
  • Makna kurun yang paling panjang adalah abad, maka generasi terbaik itu adalah generasi 3 abad atau 300 tahun pertama, dan 3 masa inilah yang disebut masa salaf (pendahulu), dan setelah 3 periode tersebut disebut masa khalaf (setelah)
  • Istilah salaf dengan demikian bermakna sebuah periode atau zaman dan masa itu telah berlalu, sementara ulama-ulama di masa hari ini bisa disebut ulama mutaakhkhirin (akhir)
  • Jika, 3 abad itu dihitung dari 1 Hijriyah (sekedar untuk memudahkan perhitungan), maka ulama salaf itu adalah ulama yang shalih yang hidup dalam rentang periode tahun 1-300 H
  • Tentu saja, ulama salaf ash-shalih itu sangat banyak jumlahnya dan tentunya melahirkan keragaman pandangan, sementara di sisi lain bukan pula otoritas kita untuk menilai mana yang baik dan buruk, mana yang diambil dan dibuang.
  • Sampai titik ini, yang sangat baik dilakukan sebenarnya adalah mengumpulkan dan mencari kesimpulan umum dari ragam pendapat dalam sebuah masalah, atau bisa disebut dengan al-Jam’u wa at-Taufiq

Salam Ta’zhim,

Depok, 26 November 2022, pukul 20.00-20.45 WIB
Dr. Wido Supraha, M.Si.
(Direktur Institut Adab Insan Mulia)

Leave a Reply

Back to top button